SOLOPOS.COM - Gabiru, 10, anak Brasil, memainkan bola di atas grafiti Piala Dunia 2014 di Sao Paulo, Rabu (14/5/2014). (JIBI/Solopos/Reuters/Nacho Doce

Solopos.com, SAO PAULO — Menjelang perhelatan World Cup (Piala Dunia) 2014 di Brasil, aksi protes disertai kekerasan pecah di negara itu. Protes dilakukan oleh kelompok-kelompok di Brasil yang menganggap agenda sepak bola itu tidak membawa manfaat bagi negara mereka.

Kamis (16/5/2014) lalu, aksi protes terjadi serentak di 18 kota di Brasil. Aksi terbesar dan paling diwarnai kekerasan terjadi di Sao Paulo saat polisi menembakkan gas air mata dan massa membalas dengan lemparan batu. Kaca-kaca dealer mobil dan kantor bank setempat pecah terkena lemparan batu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski ribuan orang ambil bagian dalam aksi itu, jumlah massa kali ini masih belum sebesar saat aksi besar-besaran di Sao Paulo saat Piala Konfederasi tahun lalu. Saat itu, jumlah demonstran mencapai belasan ribu orang memadati jalan-jalan kota itu.

Sebanyak 4.000 orang berjalan kaki di Stadion Arena Sao Paulo yang menjadi tempat penyelenggaraan pertandingan pembuka 12 Juni 2014 mendatang. Mereka menuduh pemerintah setempat menghamburkan uang triliunan dolar demi membangun stadion baru, namun hanya sedikit untuk subsidi rumah warga miskin. “Piala Dunia tidak membuat apa-apa untuk membantu kami,” kata Diana, seorang pekerja salon yang menunggu pencairan subsidi rumah selama satu dekade seperti dikutip CNN. “Jadi kami menggunakan stadion ini sebagai alat untuk membuat suara kami didengar.”

Bagi rakyat Brasil, agenda Piala Dunia 2014 dimanfaatkan untuk menarik perhatian masyarakat dunia tentang masalah mereka. Untuk mengantisipasi aksi itu, tentara Brasil dikerahkan untuk mengendalikan kriminalitas di Recife, salah satu kota yang menjadi tempat pertandingan. Di Sao Paulo, lebih dari 5.000 guru turun ke jalan menuntut upah yang lebih tinggi.

Pada Jumat (16/5/2014) malam, spanduk anti Piala Dunia dibentangkan di berbagai kota. Di Sao Paulo, aktivis membawa spanduk bertuliskan “FIFA go home” dan “A World Cup without the people means we’re back on the street again! (Piala Dunbia tanpa masyarakat, artinya kami kembali ke jalan)”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya