SOLOPOS.COM - Petugas PGM Kaliurang menunjukkan cara kerja sirine peringatan bencana (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Petugas PGM Kaliurang menunjukkan cara kerja sirine peringatan bencana (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

SLEMAN—Ragam dan jenis sirene peringatan bencana semakin beragam, namun untuk ancaman erupsi Merapi, sirene Belanda yang ada di pos pengamatan Gunung Merapi (PGM) Kaliurang tetap diandalkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjaga pos pengamatan Gunung Merapi di Kaliurang, Lasiman Hadi Saputro atau biasa disapa Pecut menguraikan sirene zaman Belanda ini digunakan dengan cara memutar engkol dengan tangan. Semakin cepat putaran sirene maka lengking suara yang dihasilkan semakin keras.

“Kemarin 2010 sirene ini saja yang terdengar hingga Kaliadem dan Balerante. Atau mencapai tiga kilometer terdengarnya,” kata Pecut belum lama ini.

Sebagai penanda bahaya, Pecut menguraikan sirene di pos pemantau itu dibunyikan jika petugas melihat lava pijar gugur mengarah ke selatan.

Pada erupsi 2010 lalu, Pecut bersama rekannya pernah mengayuh sirene ini hingga putaran maksimal. “Kalau mengayuhnya sendirian tidak akan kuat atau tahan lama. Makanya dikayuh harus bergantian agar suara sirene bisa terus berbunyi keras,” jelasnya.

Pecut mengaku pernah tim pemantau Kaliurang membandingkan suara sirene lama dengan model terbaru. Model terbaru biasanya harus memasang dua sirene agar jarak dengar mencapai tiga kilometer.

Kelebihan sirene model baru tidak mengharuskan manusia sebagai operator, sedangkan sirene manual harus diengkol manual.

Dia menilai sirene yang dipasang sejak zaman Belanda tidak memiliki kelemahan selain harus melibatkan manusia saat mengoperasikan. “Sebab kalau kayuhan melambat, suara sirene yang terdengar juga semakin pelan. Kalau pelan tidak bisa lagi memperingatkan orang-orang untuk segera turun,” urainya.

Pos pemantau Merapi di Kaliurang merupakan satu dari empat pos lain yang tersebar di Jrakah, Ngepos, dan Babadan di wilayah Magelang serta Selo di Boyolali. Meski demikian sirene model Belanda hanya ada di Kaliurang dan Ngepos.

Pengamat Merapi di pos Kaliurang, Heru Suparwoko, mengatakan suara sirene berwarna merah dan mereknya sudah tak terlihat itu memang menjadi andalan saat terjadi letusan Merapi. Sirene ini menurutnya sudah ada sejak zaman Belanda.

“Saya pernah tanya pada orang-orang sekitar yang ikut bertugas pada xaman dulu tapi tidak pernah mengetahui kapan sirene ini ada di sini. Mereka semua menjawab, sudah sejak dulu zaman Belanda yang mengawasi Merapi,” kata Heru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya