SOLOPOS.COM - Fahri Hamzah (Ligaindonesia.co.id)

Petisi online dibuat untuk menuntut Fahri Hamzah atas pernyataannya tentang absensi kehadiran buruh.

Solopos.com, JAKARTA – Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah diprotes kalangan buruh yang didukung publik dunia maya (netizen). Protes ini menyusul pernyataanya di salah satu media televisi nasional.

Promosi Kirana Plus, Asuransi Proteksi Jiwa Inovasi Layanan Terbaru BRI dan BRI Life

Dalam wawancara dengan Metro TV yang ditayangkan 3 Juli 2015, Fahri mengomentari terkait banyaknya anggota Dewan yang tidak hadir dalam paripurna tersebut. Dalam komentarnya, dia mencontohkan absensi anggota Dewan dengan buruh.

Saat itu Metro TV menanyakan soal ruang sidang DPR di Jakarta yang kosong pada 2 Juli lalu ketika Badan Anggaran DPR bersama pemerintah dan BI menggelar Rapat Panja Laporan Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN tahun anggaran 2015.

Saat itu tanda tangan kehadiran anggota dewan ada 18. Namun di ruangan sidang hanya ada 8 sosok orang.

“Teori kehadiran di parlemen berbeda dengan di pabrik, Kehadiran di parlemen adalahvoting right, hadir untuk mengambil keputusan, bukan seperti buruh pabrik yang hadir untuk menerima gaji,” ujar Fahri dalam komentarnya yang diunggah baru-baru ini.
Protes netizen muncul di laman petisi online Change.org. Petisi tersebut pertama kali digalakkan oleh seorang bernama Nurhayati yang mengaku dari Tangerang, Banten.

“Bagi teman-teman buruh se-Indonesia dan yang peduli buruh, mari kita tuntut Fahri Hamzah untuk menarik penyataan dan minta maaf kepada buruh-buruh Indonesia yang sudah merendahkan pekerjaaan buruh,  yang seolah-olah buruh adalah pengemis, dan kita tanpa bekerja kita hanya datang  ke pabrik untuk menerima  upah dari pengusaha,” tulis Nurhayati dari Serang, Banten.

Fahri sempat mengklarifikasi pernyataannya. “Saya bicara teori absensi yang berlaku universal di seluruh dunia. Bahwa perhitungan absensi bagi politisi di parlemen, murid sekolah, pegawai negeri, buruh, dan pekerja itu beda dasarnya,” ujar Fahri, seperti dikutip Solopos.com dari Liputan6, Senin (6/7/2015).

Namun klarifikasi itu gagal mengerem tanda tangan petisi. Sampai artikel ini ditulis, Senin (6/7/2015), petisi dari para buruh itu sudah ditandatangani 3.538 pendukung. Targetnya adalah 5.000 tanda tangan.

Ini kesekian kalinya Fahri diprotes netizen. Saat musim kampanye pilpres 2014 lalu, Fahri dikecam para santri karena berkomentar “sinting” pada ide Joko Widodo soal wacana hari Santri. Fahri dituntut minta maaf kepada para santri di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya