SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Peternakan Kulonprogo didorong memperbanyak jumlah sapi.

Harianjogja.com, KULONPROGO — Sebanyak 16.800 ekor sapi di Kulonprogo menjadi sasaran program Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB) tahun 2017. Sebanyak 26 inseminator dikerahkah untuk menyukseskan program dari Kementerian Pertanian RI tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Pangan Kulonprogo, Nursyamsu Hidayat, Senin (6/3/2017). Dia mengatakan, SIWAB sudah berjalan di seluruh kecamatan sejak Januari kemarin. Progresnya terus dipantau secara berkala, mulai dari jumlah sapi yang telah mendapat perlakuan inseminasi buatan (IB) hingga apa saja kendala yang dihadapi.

“Ini yang melaksanakan dari PPIB atau Paguyuban Petugas Inseminasi Buatan. Setiap orang rata-rata bisa menangani 5 ekor per hari bahkan lebih,” ujar Nursyamsu.

Inseminator yang memfasilitasi program SIWAB harus sudah lolos sertifikasi. Meski begitu, Nursyamsu menyatakan persyaratan itu tidak menjadi kendala bagi Kulonprogo. Dia memastikan 26 petugas yang turun ke lapangan sudah lolos ujian sertifikasi di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Malang, Jawa Timur.

Nursyamsu lalu mengatakan, sebelum memberikan perlakukan IB, petugas inseminator mengecek kondisi alat reproduksi sapi terlebih dahulu. Jika ditemukan gangguan reproduksi, sapi bersangkutan akan menjalani perawatan hingga alat reproduksinya dinyatakan normal dan sehat.

“Kalau yang sudah normal, bisa langsung dilakukan IB,” ungkap dia.

Metode IB memang dinilai mampu meningkatkan produktivitas indukan sapi potong. Sapi mendapatkan perlakuan tertentu agar bisa bunting dengan internal kebuntingan yang juga relatif lebih singkat. Namun, keberhasilan IB juga membutuhkan dukungan dari peternak, terutama dalam penyediaan pakan berkualitas.
“IB bisa berhasil kalau pakan dan gizinya cukup,” ucap Nursyamsu.

Sebelumnya, dokter hewan di Pos Kesehatan Dewan (Poskeswan) Galur bernama Dwi Sulistyorini memaparkan, beberapa sapi memang bisa mengalami permasalahan tertentu sehingga susah bunting. Indikasinya dapat didiagnosa melalui pemeriksaan seputar reproduksi sapi, baik dengan cara eksplorasi rektal maupun menggunakan bantuan alat ultrasonography atau USG.

Menurut Dwi, diagnosa yang tepat bisa menjadi rujukan andalan untuk mengatasi berbagai permasalahan reproduksi yang dialami sapi. Setelah ditindaklanjuti dengan perlakuan medis, sapi tersebut kemudian diharapkan berhasil bunting dan beranak.

“Kami berusaha memberikan berbagai treatment agar hal itu [gangguan reproduksi] teratasi,” kata Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya