SOLOPOS.COM - Aktivitas jual-beli sapi lokal di Pasar Hewan Ngawi, Senin (19/10/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Peternakan Jatim mengalami penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) terparah pada Desember 2015.

Madiunpos.com, SURABAYA — Usaha di bidang peternakan di Provinsi Jawa Timur selama pengujung 2015 kurang bergairah, sampai-sampai membuat kesejahteraan petani merosot 0,41% ke level 106,13.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut diketahui dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur belum lama ini. Penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor Peternakan adalah yang terparah mencapai 1,27% ke level 111,35 selama Desember tahun 2015 lalu terhadap bulan November 2015 sebelumnya.

Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Jawa Timur menyebutkan terdapat lima bidang usaha dalam subsektor peternakan. Selain peternakan sapi potong, sapi perah dan kerbau, juga ada kambing dan domba.

Di samping kedua bidang tersebut ada pula peternakan ayam ras pedaging, ayam ras petelur, dan ayam buras. Secara umum lima bidang usaha peternakan Jawa Timur banyak bermukim di daerah Malang dan Banyuwangi.

Beperan Secara Nasional
Ketua Persatuan Peternak Sapi dan Kerbau (PPSK) Indonesia Teguh Boediyana menyatakan peran sektor pertanian di Jawa Timur memiliki peranan besar terhadap pemenuhan kebutuhan daging, telur, dan susu di provinsi ini sendiri, maupun nasional.

“Kami berharap peternakan sapi potong di Jatim tidak sampai terpengaruh [jika terjadi gejolak di pasar] karena mayoritas kebutuhan provinsi ini dipenuhi dari sapi lokal, dan menyumbang juga untuk nasional,” katanya saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), di Surabaya, Jumat (8/1/2016).

Harga sapi di Jawa Timur kini berada pada kisaran Rp45.000/kg-Rp46.000/kg. Nilai ini dinyatakan lebih mahal ketimbang harga di ibu kota yang sekitar RP43.000/kg. Sejauh ini, mayoritas kebutuhan sapi potong di Jatim dipenuhi oleh peternak lokal demikian pula dengan susu.

Budi daya dan penggemukan sapi banyak terdapat di lokasi Kabupaten Jombang, Pasuruan, Probolinggo, Banyuwangi, Bangkalan, Kediri, Pamekasan dan Magetan. Budidaya sapi perah banyak terdapat di lokasi Kabupaten Pasuruan, Malang, Blitar, Jember, Tulungagung dan Kediri.

“Sebanyak 45% produksi susu dalam negeri berasal dari Jawa Timur. Sementara [untuk] sapi potong, Jatim menyumbang sektiar 35% sampai 40% dari suplai domestik,” ujar Teguh.

Tak Hanya Peternakan
Sebetulnya, peternakan bukan faktor tunggal yang membuat NTP Jatim turun. Terdapat dua subsektor lain yang nilai tukarnya juga melemah. Pertama, subsektor perikanan susut 1,17% menjadi 105,14, dan kedua, tanaman pangan turun 0,49% menjadi 105,26.

Untuk tanaman pangan, Ketua Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa berpendapat kondisi pada akhir 2015 kemungkinan terpengaruh petani yang melepas gabahnya untuk modal musim tanam selanjutnya. “Sehingga harga gabah di level usaha tani relatif turun sedikit karena ada stok masuk ke pasar,” tuturnya kepada Bisnis.

Kendati ada tiga subsektor yang nilai tukar petaninya turun tetap ada bidang yang mengalami peningkatan NTP. Ada produk buah dan sayur tampil sebagai pendorong utama peningkatan kesejahteraan petani di provinsi ini.

Kenaikan NTP subsektor hortikultura mencapai 0,55% menjadi 103,92 dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut memang tidak menunjukkan peningkatan signifikan. Tapi hortikultura tetap naik lebih besar daripada perkebunan rakyat sebesar 0,46% ke level 100,78.

NTP Jawa Timur
NTP Jawa Timur selama bulan terakhir tahun 2015 lalu melemah sejauh 0,41% ke level 106,13 dari 106,56 pada bulan sebelumnya. Ini disebabkan ada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih besar ketimbang indeks harga yang mereka terima (It). “Ib naik sebesar 1,17% sedangkan It hanya naik 0,76%,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur M. Sairi Hasbullah dikutip dari data NTP Jatim pada Desember 2015.

Kendatipun terjadi penurunan NTP secara bulanan tetapi perolehannya secara year on year tetap bertumbuh. Pada Desember dua tahun silam nilai tukarnya sebesar 104,41 atau meningkat 1,65% terhadap penghujung tahun lalu. Angka tersebut terdorong It tumbuh melampaui Ib. Indeks harga yang diterima petani tercatat 5,82% sedangkan yang mereka bayarkan hanya 4,10%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya