SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi perah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Peternakan Jatim butuh fasilitas yang terangkum dalam sentra peternakan rakyat.

Madiunpos.com, MALANG — Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mendesak pemerintah segera merealisasikan pembentukan sentra peternakan rakyat agar swasembada daging dan susu bisa segera terwujud. Sentra peternakan rakyat itu dianggap sebagai solusi berbagai persoalan peternakan Jatim.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Bidang Usaha Badan Pengurus Pusat GKSI Sulistyanto mengatakan problem yang dialami peternak terutama ketersediaan pangan, rumput, bersamaan dengan datangnya kemarau. “Peternak sering merumput hingga ke luar kota sehingga meningkatkan biaya produksi,” ujarnya di Malang,Senin (31/8/2015).

Sentra peternakan rakyat tentu perlu didukung berbagai fasilitas usaha peternakan rakyat, seperti adanya subsidi pakan ternak, pengolahan tanaman hijauan, rumput, jerami, pembuatan konsentrat, dan lainnya. Pakan tersebut nantinya dapat dibagikan pada saat memasuki musim kemarau yang ditandai dengan sulitnya menari tanaman hijauan, termasuk rumput.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena program pemerintah, maka pengelolaan sentra peternakan rakyat tentu sangat intensif misalnya denganb menggunakan traktor untuk mengolah tanah yang ditanami hijauan untuk pakan ternak,” ujarnya.

Pengalaman memasuki kemarau saat ini, kata dia, peternak, terutama peternak sapi perah, kesulitan mendapatkan rumput sehingga produksi susu bisa turun. Dia memperkirakan, prouksi susu di Jatim pada periode Juli-September 2015 stagnan bila dibandingkan tahun lalu karena faktor kemarau panjang.

Produksi bisa stagnan karena terbantu pada periode Juli-September banyak sapi yang bunting sehingga produksi terangkat. “Sapi yang bunting mencapai 51,3%, yakni 95.000 ekor dari total populasi sapi perah yang sebanyak 185.000 ekor,” katanya.

Jika tidak bersamaan dengan banyaknya sapi yang bunting, maka produksi susu di peternakan Jatim akan merosot hingga 10%-15% karena sulitnya mendapatkan pakan ternak dari rerumputan. Dari sisi kualitas, produksi susu peternak sapi perah di Jatim juga mengalami penurunan karena faktor pakan  yang hanya bergantung pada konsentrat.

Banyak Kendala
Produksi susu peternakan Jatim mencapai 900 ton per hari dari 185.000 ekor. Jumlah susu sebanyak itu, hampir 100% ditampung di industri pengolah susu. Idealnya, kata dia, produksi susu bisa meningkat 15% setiap tahun. Namun banyak kendala sehingga produksi sulit meningkat sesuai dengan target yang dipatok.

Permasalahan peternakan Jatim yang kerap muncul adalah sulitnya peternak meremajakan sapi mereka karena faktor pengetahuan maupun biaya yang tidak murah. Selain itu, untuk mendapatkan sapi perah impor tidak mudah karena kuota yang diberikan pemerintah sangat sedikit.

Kebutuhan peremajaan sapi perah idealnya mencapai 10% setiap tahunnya, namun kuota impornya biasanya hanya sekitar 4%. “Saat ini, kebutuhan susu lebih besar daripada pasokannya. Total produksi susu di Jatim saja belum mampu penuhi kebutuhan PT Netle yang per harinya mencapai 1.000 ton,” ujarnya.

Padahal ada enam industri pengolah susu yang besar di Jatim dengan kebutuhan pasokan susu yang besar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya