SOLOPOS.COM - Ilustrasi peternakan ayam (JIBI/Solopos/Dok.)

Peternakan ayam Sragen dinilai tak kooperatif karena tak pernah melaporkan aktivitas mereka.

Solopos.com, SRAGEN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menilai perusahaan peternakan ayam yang bermitra dengan peternak lokal Sragen tidak kooperatif. Hal itu membuat Pemkab kesulitan membantu para peternak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen mencatat ada 30 perusahaan besar atau perusahaan inti yang membuka usaha peternakan di Bumi Sukowati. Perusahaan itu menjadi mitra peternak lokal atau disebut plasma.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Bidang (Kabid) Usaha Peternakan dan Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, Supardi mengatakan 30 perusahaan inti peternakan ayam tidak pernah melaporkan aktivitas mereka.

“Masalahnya, saat ini tidak ada satu pun inti yang kami hitung berjumlah 30 itu, baik dari Sragen atau luar daerah, melapor kepada kami mengenai kegiatan peternakan yang mereka jalankan bersama plasma di Sragen,” kata Supardi saat dijumpai Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (6/1/2015).

Tidak adanya laporan dari inti peternakan ayam membuat Pemkab Sragen kesulitan memantau perkembangan usaha peternakan. Termasuk memberikan bantuan kepada peternak apabila terjadi masalah. Menurutnya, Pemkab Sargen pernah mengundang perusahaan inti untuk berkoordinasi namun hanya segelintir yang hadir.

“Sekitar tiga tahun lalu kami mengundang 56 inti peternakan ayam untuk rapat, namun hanya enam yang hadir. Jumlah inti peternakan ayam mengalami penyusutan. Namun, [perilakunya] tetap sama, tidak ada yang melapor. Padahal laporan itu penting sebagai bahan analisis kebutuhan plasma. Plasma di Sragen saat berjumlah 168 orang, itu yang kami tahu,” ujar Supardi.

Dia menambahkan dengan tidak adanya laporan, plasma dirugikan. Hal itu karena Pemkab Sragen tidak bisa memberikan pendampingan penuh kepada seratusan plasma tersebut. Di sisi lain, menurut Supardi, Pemkab Sragen menyediakan akses kepada peternak bisa membutuhkan bantuan dalam menyelesaikan masalah, seperti saat banyak ayam mati.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, ribuan ayam pedaging di sejumlah peternakan di Desa Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo, mati gara-gara terinfeksi bakteri Eschericia coli atau biasa disebut bakteri Coli. Infeksi bakteri tersebut pada cuaca seperti saat ini membuat ayam lebih rentan terkena penyakit.

Lebih jauh, Supardi menyebut idealnya inti peternakan ayam melaporkan perkembangan usaha setiap tiga bulan. “Kami tahu inti dan plasma sudah mempunyai kontrak. Namun, ketika ada kendala yang dialami plasma, kami bisa memberikan bantuan. Idealnya, perusahaan melaporkan kegiatan usaha setiap tiga bulan,” imbuh dia.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan Bidang Usaha Peternakan dan Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, Slamet Rachmadi, menimpali seharusnya kesadaran membuat laporan tidak hanya untuk inti peternakan ayam, namun juga semua perusahaan peternakan yang beroperasi di Bumi Sukowati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya