SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SRAGEN -- Asosiasi Peternak Sapi Indonesia (Aspin) mendapat laporan bila jenis sapi bali yang rentan penyakit jembrana sudah beredar di Soloraya.

Ketua Aspin Sragen, Tri Warsito, mengaku kerap melihat sapi bali digembalakan di daerah Pengkok Kecamatan Kedawung dan Sine Kecamatan Sragen.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bahkan menurut laporan yang ia terima, sapi bali juga sudah beredar di Soloraya, termasuk di Solo dan Sukoharjo.

Rebutan Tanah 3 Meter, Pak RT dan Warga di Kedawung Sragen Saling Gempur

Dia belum mengetahui apakah sebelum masuk ke wilayah Soloraya, sapi bali itu sudah dites kesehatannya guna memastikan apakah hewan mamalia itu membawa penyakit jembrana yang mematikan bagi sapi lokal jawa.

"Aspin dan peternak lokal pada umumnya sangat tidak setuju dengan masuknya sapi bali ke Jateng, terutama Soloraya. Para pedagang sapi lokal sudah dibuat resah karena sapi bali itu kemungkinan ada bandarnya," ucap Sri Warsito kepada Solopos.com, Rabu (15/7/2020).

"Siapa bandar itu, kami kurang tahu. Kalau kepala Disnakkeswan [Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan] Jateng sudah bilang begitu [sapi bali tak boleh masuk Jateng], pengawasannya harus ditingkatkan," tambah dia.

Menurut Sri Warsito, harga sapi bali cenderung lebih murah ketimbang sapi lokal jawa. Namun demikian, dia tidak merekomendasikan penggunaan sapi bali sebagai hewan kurban untuk Hari Raya Iduladha.

1.000 Sapi untuk Peternak Sragen Lewat KUR, Bayarnya Setelah Panen

Selain dikhawatirkan membawa penyakit jembrana, pembelian terhadap sapi lokal turut mendukung kelangsungan hidup peternak lokal.

Sebelumnya, Disnakkeswan Jateng melarang masuknya sapi bali demi mencegah penularan penyakit jembrana.

Penegasan itu disampaikan Kepala Disnakkeswan Jateng, Lalu Muhammad Syafriadi, saat ditemui wartawan seusai mengikuti sarasehan bersama Asosiasi Peternak Sapi Indonesia (Aspin) di Plosorejo, Desa Guworejo, Karangmalang, Sragen, Selasa (14/7/2020).

Pada kesempatan itu, Lalu Muhammad Syafriadi menegaskan sapi bali rentan dengan penyakit jembrana yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya. Jembrana merupakan penyakit hewan menular pada sapi yang disebabkan virus jembrana.

Menyebar ke Berbagai Daerah

Penyakit ini bersifat akut dan menimbulkan tanda klinis yang jelas pada sapi. Penyakit jembrana hanya ditemukan di Indonesia. Kali pertama kasusnya ditemukan di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, pada 1964, namun kini telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

“Jembrana ini sangat ditakutkan menular kepada sapi jawa. Sapi bali memang tahan terhadap penyakit jembrana, tapi sapi jawa tidak tahan. Jembrana itu mematikan untuk sapi jawa sehingga jenis sapi ini tidak boleh masuk Jateng jelang Hari Raya Idul adha ini,” terang Syafriadi.

Bupati Sragen Gemas Lihat Petani di Sawah Enggan Pakai Masker

Meski tidak menular kepada manusia, sapi bali tetap tidak boleh masuk ke Jateng. Sapi bali hanya boleh melintas di wilayah Jateng melalui jalan tol.

Syafriadi tidak memungkiri masih banyak pihak yang memelihara sapi bali karena jenis sapi ini memiliki karkas yang baik.

"Di beberapa daerah di luar Jateng, banyak yang memelihara sapi bali karena punya karkas yang baik dibandingkan sapi jawa. Itu karena orang berpikirnya ke profit. Dia tidak mikir panjang bagaimana menjaga kelestarian sumber daya genetik dan dampak kesehatannya. Oleh sebab itu, diperlukan pengawasan ekstra supaya sapi bali tidak masuk Jateng," tegas Syafriadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya