SOLOPOS.COM - Suyadi, 54, peternak bebek asal Nayan RT 001/RW 008 Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar, menunjukkan beberapa ekor bebek miliknya yang berhasil diselamatkan dari serangan penyakit, Kamis (20/12/2012). (Kurniawan/JIBI/SOLOPOS)

Suyadi, 54, peternak bebek asal Nayan RT 001/RW 008 Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar, menunjukkan beberapa ekor bebek miliknya yang berhasil diselamatkan dari serangan penyakit, Kamis (20/12/2012). (Kurniawan/JIBI/SOLOPOS)

 

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masih jelas dalam ingatan Suyadi, 54, saat bebek-bebek miliknya mati periode Oktober hingga November 2012. Dalam hitungan hari, 150 ekor bebek milik peternak asal Dusun Nayan RT 001/RW 008, Nangsri, Kebakkramat, Karanganyar, itu, mati tanpa tanda-tanda sakit serius.

Beruntung 210 bebek miliknya berhasil diselamatkan. Kendati harus merogoh kocek lebih untuk membeli obat khusus. Suyadi adalah satu dari belasan peternak bebek asal Desa Nangsri yang unggasnya diserang penyakit mematikan.

Saat ditemui Solopos.com di kediamannya, Kamis (20/12/2012), Suyadi mengungkapkan sekitar 10 peternak bebek di desanya gulung tikar. Salah satu penyebabnya adalah serangan penyakit mematikan yang belum diketahui pasti namanya.

“Waktu kejadiannya sama dengan saat bebek-bebek milik saya mati, akhir Oktober hingga awal November. Pada saat yang bersamaan harga pakan bebek naik tinggi. Setidaknya ada 10 peternak bebek di Nangsari yang gulung tikar sejak saat itu,” ungkapnya.

Sampai saat ini Suyadi mengaku maish bingung dengan kematian mendadak unggas miliknya. Sebab sehari sebelum ditemukan mati, bebek-bebek miliknya masih tampak sehat dan segar.

“Tapi esok harinya eh sudah banyak yang terkapar mati. Dalam sehari ada belasan bebek yang mati. Kondisi itu terjadi selama beberapa hari hingga akhirnya saya inisiatif beli obat ke toko. Beruntung obatnya lumayan manjur, bebek saya tidak ludes,” imbuhnya.

Berdasar penelusuran Solopos.com, serangan penyakit mematikan tersebut terjadi pada unggas muda. Seperti yang terjadi pada bebek-bebek milik Sularmo, 45, peternak bebek asal Dayu, Karangpandan, Karanganyar. 200 Ekor bebek muda berusia sekitar empat bulan miliknya mati periode Oktober hingga November lalu.

Menariknya, bebek-bebek milik Sularmo mati setelah mengalami kebutaan dua hingga tiga hari sebelumnya. Kebutaan terjadi mendadak pada malam hari setelah bebek-bebek tersebut diangon ke sawah.

“Jadi bebek milik saya mati karena tidak bisa makan setelah diserang kebutaan mendadak. Selang dua hingga tiga hari setelahnya, berak bebek saya didominasi zat kapur, tidak lama setelah itu mati,” ungkapnya.

Menurut Larmo, panggilan akrabnya, banyak peternak di desanya yang juga mengalami persoalan yang sama bulan Oktober-November.

Terpisah, petugas Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Karanganyar, Fatkhur Rahman, menjelaskan sedikitnya 6.000 bebek di Jatipuro, Jaten, Karangpandang dan Mojogedang, mati mendadak beberapa waktu terakhir.

Berdasar pemeriksaan sampel spesimen unggas jenis bebek diketahui, beberapa di antaranya positif terserang virus flu burung. Dalam waktu dekat Disnakkan akan melakukan penyemprotan kandang unggas menggunakan cairan disinfektan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya