SOLOPOS.COM - Peter Sondakh (Forbes)

Solopos.com, JAKARTA—Setelah PT Cardig Aero Services Tbk, kini Rajawali Group yang didirikan oleh pengusaha Peter Sondakh akan melirik bisnis pengelolaan bandara seiring dengan tingginya potensi bisnis industri penerbangan.

Managing Director PT Rajawali Corpora Darjoto Setyawan mengatakan kemampuan bandara di Indonesia belum bisa mengakomodasi pertumbuhan industri aviasi yang begitu cepat dalam beberapa tahun terakhir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kalau [pengelolaan] bandara memang dibuka untuk swasta, kami tertarik masuk, tak hanya dalam konteks investasi tetapi juga mengoperasikannya,” katanya usai Infrastructure Leaders Forum 2013 di Jakarta, Kamis (31/10).

Darjoto yang juga Komisaris Utama PT Nusantara Infrastructure Tbk bahkan mengatakan bahwa Indonesia sebetulnya dianugerahi dengan kondisi alam yang memang patut disyukuri karena merupakan ceruk bagi penerbangan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Indonesia justru di desain Tuhan untuk industri penerbangan. Enggak ada transportasi yang bisa menghubungkan wilayah Indonesia selain pesawat terbang dan laut, jadi Indonesia diciptakan Tuhan memang untuk indstri pesawat terbang,” katanya.

Apabila pemerintah membuka pintu bagi pengelolaan bandara bagi swasta, perseroan dalam hal ini baik Rajawali maupun Nusantara Infrastructure sudah siap menjajaki peluang tersebut.

Selain pengembangan bandara swasta dari saat ini hanya dua operator swasta yakni PT Angkasa Pura I dan II, bisnis lain yang bisa digarap yakni bandara khusus untuk pesawat jet pribadi.

Berdasarkan situs resminya, Rajawali Group menjadi pemegang 23,6% saham di Nusantara Infrastructure pada 2010.

Laporan keuangan Nusantara pada kuartal III/2013 mencatat, pemegang saham perseroan terbesar yakni publik 28,29%, Eagle Infrastructure Fund Limited 21,66% dan PT Hijau Makmur Sejahtera 21%.

Sebelumnya salah satu perusahaan swasta yang berminat mengelola bandara unit pelaksana teknis (UPT) yakni Cardig Aero Services tapi masih menunggu petunjuk pelaksanaan dan teknis dari Kementerian Perhubungan terkait dengan pengelolaan bandara oleh pihak swasta.

Cardig yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham CASS itu telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengelola tiga bandara UPT yakni Bandara Batam, Bandara Palu, dan Bandara Kendari.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S Ervan mengatakan dalam Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan (RPM) tentang Kegiatan Pengusahaan Bandar Udara sudah diselesaikan.

Salah satunya pasalnya mengatur jangka waktu penunjukan pengusaaan paling lama 50 tahun. “Kalau bisa aturan final ini diselesaikan pada tahun ini,” katanya.

Pelabuhan

Lebih lanjut Darjoto mengatakan Nusantara Infrastructure melalui anak usahanya juga sudah mengelola pelabuhan. Emiten berkode saham META ini memiliki anak usaha PT Portco Infranusantara (Portco) yang didirikan di Jakarta 8 Maret 2011. Ruang lingkup kegiatan utama Portco adalah  pengusahaan jasa pelabuhan.

Pada saat ini kegiatan Portco adalah investasi pada perusahaan asosiasi yang bergerak dalam pembangunan pelabuhan, jasa dan pengoperasian terminal pelabuhan. Saham META pada anak usaha ini mencapai 99,99%.

“Pelabuhan kami juga tertarik, melalui anak usaha Nusantara, kami sudah kelola pelabuhan, itu kalau tidak salah di Lampung. Nah adapun untuk bandara itu juga dibutuhkan, kami juga siap masuk,” katanya.

Rajawali Corpora yang didirikan oleh pengusaha Peter Sondakh ini juga mendirikan perusahaan transportasi untuk angkutan taksi dan angkutan sewa yakni PT Express Transindo Utama Tbk pada 1989.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya