SOLOPOS.COM - Saluran irigasi Colo Barat di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, kering karena pintu saluran ditutup. Pengeringan merupakan siklus tahunan untuk pemeliharaan saluran. Foto diambil 2018.(Rudi Hartono/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI—Petani pemakai air dari saluran irigasi primer Colo Barat tahun ini mengusulkan pengunduran pengeringan saluran irigasi tersebut selama 19 hari dari pola tahunan setiap 1 Oktober.

Langkah itu dilakukan untuk memastikan kebutuhan air terpenuhi hingga pertengahan Oktober mendatang. Sebagai informasi, Colo Barat dan Colo Timur dikeringkan setiap Oktober selama sebulan untuk pemeliharan saluran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Sabtu (28/8/2021), permohonan disampaikan secara resmi oleh Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) Colo Barat No. 004/IP3A/CB/VIII/2021 tertanggal 6 Agustus 2021. Permohonan diajukan atas kesepakatan petani pemakai air Colo Barat di tiga daerah, yakni Wonogiri, Sukoharjo, dan Klaten.

Baca Juga: Mapala ITNY Sukses Pasang Pipa Air Bersih di Desa Gendayakan Wonogiri

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Colo Barat, Rusdiyanto, kepada Solopos.com, mengatakan petani berharap pengeringan Colo Barat diundur agar sawah tetap mendapatkan air yang cukup pada musim tanam (MT) III yang bersamaan dengan kemarau ini.

Saat ini usia tanaman kebanyakan masih berusia lebih kurang dua pekan. Tanaman akan berusia lebih kurang satu setengah bulan pada 1 Oktober mendatang. Jika Colo Barat dikeringkan 1 Oktober sawah tidak teraliri air lagi.
Padahal, tanaman yang berusia kurang dari dua bulan masih membutuhkan air yang cukup untuk proses pembuahan padi.

“Jadi, pengeringan Colo Barat perlu diundur minimal setengah bulan [15 hari] agar sawah tetap mendapatkan air yang memadai, sehingga tanaman padi bisa panen. Sesuai surat permohonan, kami mengusulkan pengeringan saluran diundur hingga 20 Oktober 2021,” kata Rusdiyanto.

Dia menginformasikan hingga akhir Agustus Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) belum menjawab permohonan. Biasanya pihak terkait mengambil keputusan berdasar sejumlah pertimbangan, seperti ketersediaan air di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, luas tanam di lahan yang pengguna air Colo Barat, dan usia tanaman.

Baca Juga: Bayi dalam Kardus di Wonogiri Belum Bisa Diadopsi, Ini Alasannya

Menjaga Fungsi Waduk

Apabila ketersediaan air waduk masih bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan air di sawah pemakai air hingga pertengahan Oktober, ada peluang permohonan dikabulkan. Sebaliknya, jika berdasar analisis tidak memungkinkan permohonan dapat ditolak. Petani menyadari ketersediaan air di waduk perlu dipertimbangkan untuk menjaga waduk tetap berfungsi normal.

“Sawah yang masih membutuhkan cukup air hingga pertengahan Oktober cukup luas. Di Wonogiri saja [Desa Sendang Ijo, Nambangan, Jaten, dan Pule] ada 470 hektare [ha],” ucap Rusdiyanto.

Berdasar pemantauan lapangan, sawah pengguna air dari Colo Barat yang masih membutuhkan air terdapat di Wonogiri seluas 470 ha, Sukoharjo seluas 2.017 ha, dan Klaten seluas 655 ha.

“Petani pemakai air Colo Timur [Sukoharjo, Karanganyar, dan Sragen] juga mengusulkan pengunduran pengeringan,” ulas Rusdiyanto.

Baca Juga:

Pengeringan saluran irigasi colo pernah diundur beberapa kali, seperti pada 2020. Saat itu pengeringan diundur 10 hari dari pola tahunan 1 Oktober menjadi 11 Oktober. Debit saluran irigasi Colo Barat pada masa pengunduran tersebut, yakni periode I 3,16 m3/detik dan periode II 3,02 m3/detik. Sementara, debit Colo Timur periode I 16,97 m3/detik dan periode II 17,07 m33/detik.

Terpisah, petani di Dusun Kalikatir, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Yatno, 51, mengatakan tak semua sawah di Kecamatan Selogiri mendapat air dari Colo Barat.

Petani penggarap sawah yang tak memperoleh air dari saluran irigasi primer biasanya menyedot dari sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air selama kemarau/MT III. Alhasil, petani harus mengeluarkan dana lebih.

Walau demikian, petani justru lebih semangat dari pada saat penghujan/MT I dan II. Sebab, harga gabah hasil panen saat kemarau biasanya lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya