SOLOPOS.COM - Kades Jimbar, Pracimantoro, Wonogiri, Sutrisno (kiri), mengecek tanaman kacang panjang yang di lahan yang dikerjakan petani, Jumat (11/9/2020). Sebagian petani di Jimbar masih menjalankan usaha pertanian hortikultura, sebagian lainnya berhenti sementara waktu karena harga jual anjlok. (istimewa)

Solopos.com,WONOGIRI -- Petani di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Paranggupito, punya cara tersendiri menentukan kapan waktunya menanam palawija atau holtikultura. Pada musim tanam kali ii, mereka memutuskan menanam setelah hujan deras mengguyur wilayah mereka pada Sabtu (3/10/2020).

Ternyata, ada alasan kuat para petani di daerah itu mulai menanam meski wilayahnya baru diguyur hujan deras sekali. Para petani itu mengacu pada perhitungan mangsa Jawa dalam memutuskan waktu yang tepat untuk menanam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disampaikan Sekretaris Camat Paranggupito, Wonogiri, Warno, kepada Solopos.com di Kantor Desa Ketos, Paranggupito, Rabu (7/10/2020). Berdasarkan perhitungan Jawa, menurut dia, saat ini telah memasuki mangsa papat. Masyarakat sudah memastikan bahwa saat ini sudah memasuki tiba labuh.

Hai Pengguna Jalan Wonogiri, Tilang Lalu Lintas Berbasis CCTV Sudah Berlaku Loh

"Tiba labuh itu masa yang sudah mendekati musim penghujan. Pergantian dari musim kemarau menuju musim penghujan," kata dia.

Ia mengatakan, orang jawa mempercayai bahwa saat hujan deras turun pada mangsa papat, maka hujan itu akan terus berlangsung atau berlanjut. Namun jika hujan deras turun pada mangsa kelima, hujannya tidak akan berlanjut. Musim penghujan diperkirakan akan mulai pada mangsa kapitu atau kawolu.

"Jadi saat hujan turun di mangsa papat, para petani berani mulai menanam. Tapi kalau mangsa kalima baru turun, petani akan menunda penanaman. Mereka akan mulai menanam pada mangsa kapitu atau kawolu," ujar dia.

Punya Istri Hamil, Perantau Wonogiri Wajib Rapid Test Sebelum Mudik

Perhitungan Mangsa Jawa

Dalam hitungan Jawa, ada 12 mangsa, seperti layaknya perhitungan bulan. Untuk menghitung mangsa Jawa, urutan bulan Masehi dikurangi enam.

"Jadi jika saat ini Oktober merupakan urutan bulan ke sepuluh, maka dalam hitungan Jawa, saat ini sedang memasuki mangsa papat. Sepuluh dikurangi enam," ungkap dia.

Menurut Warno, saat ini petani di daerah Paranggupito tengah menanam jagung atau kacang. Jika menanam sayuran, waktu yang bagus yakni ketika sudah memasuki mangsa kawolu.

Karena musim penghujan datang lebih awal, menurut dia, masyarakat tidak sempat melakukan tradisi ngawu-awu.

Buruh Wonogiri Tolak UU Cipta Kerja, Tapi Pilih Tak Demo

Ngawu-awu adalah tradisi yang dilakukan petani daerah selatan di lahan kering. Biasanya para petani menebar benih bersamaan dengan pengolahan lahan tersebut kemudian petani menutup kembali dengan lapisan tanah. Sehingga saat hujan tiba, tanaman tersebut akan tumbuh.

"Saat ini yang banyak ditanam jagung atau kacang. Rata-rata belum menanam padi," kata Warno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya