SOLOPOS.COM - Salah seorang pemilik lahan sekaligus petani tembakau di Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri memetik daun tembakau yang sudah siap panen di lahannya, Selasa (30/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Rencana kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) pada 2023 yang digulirkan pemerintah dinilai tak berpengaruh bagi perekonomian petani tembakau di Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri. Pasalnya, hasil panen tembakau yang dijual petani selama ini telah memiliki target pasar yang jelas.

Mayoritas petani tembakau di Eromoko bermitra dengan perusahaan pemasok tembakau, PT Sadhana Arifnusa. Program kemitraan yang dimulai sejak 2010 itu mulanya diikuti segelintir warga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lambat laun, jumlah warga yang mengikuti kemitraan itu meningkat. Salah satu peningkatan jumlah petani tembakau itu tampak di Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, petani tembakau di setiap dusun di Desa Sumberharjo berjumlah tiga sampai empat orang di tahun 2014-2016. Jumlah itu meningkat drastis jika dibanding tahun 2022.

Ketua Kelompok Tani Tembakau di Desa Sumberharjo, Triyanto, mengatakan hampir seluruh warga di sembilan dusun di Desa Sumberharjo saat ini bekerja sebagai petani tembakau. Setiap dusun berjumlah sekitar 40 orang.

Baca Juga: 41.136 Batang Rokok Ilegal Ditemukan di Wonogiri

Kondisi tanah yang kering dan berlangsungnya musim kemarau menjadikan lahan di Wonogiri bagian selatan itu cocok ditanami tembakau.

Lantaran sistem yang dipakai berupa kemitraan, segala kebutuhan tanam tembakau hingga penjualan hasil tembakau bersumber dari PT Sadhana Arifnusa.

Para petani hanya perlu memikirkan agar tanaman tembakau mereka berhasil dipanen dengan kualitas baik. Sebaliknya, wacana kenaikan cukai tembakau yang digulirkan pemerintah tak pernah sampai di telinga mereka.

Sub Koordinator Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Parno, mengatakan kenaikan CHT yang diwacanakan pemerintah tak memengaruhi petani tembakau di Wonogiri. Sistem kemitraan membuat para petani tak perlu memikirkan penjualan hasil panen tembakaunya.

Baca Juga: Ini Strategi Sampoerna Jaga Rantai Pasok Tembakau

“Kerja sama antara petani dan PT Sadhana secara mandiri membuat para petani tak perlu memikirkan hasil panen tembakaunya akan dijual ke mana,” kata Parno, kepada Solopos.com, Senin (29/8/2022).

Berdasar informasi yang dihimpun Solopos.com, kenaikan tarif cukai hasil tembakau sudah terjadi pada awal 2022. Melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 192/PMK.010/2021, tarif cukai rokok resmi naik rata-rata sebesar 12%. Kebijakan itu berlaku mulai 1 Januari 2022.

Belakangan, Presiden Joko Widodo menyatakan, tarif cukai tembakau akan dinaikkan kembali pada 2023 mendatang. Presiden menyampaikan hal itu dalam Sidang Tahunan MPR RI pada 16 Agustus 2022. Di tengah wacana kenaikan itu, petani tembakau di Kabupaten Wonogiri, khususnya di Eromoko tak terpengaruh.

Petani tembakau di Desa Sumberharjo, Mardi, 53, mengaku tak pernah sekali pun memikirkan kenaikan cukai tembakau yang isunya tengah beredar di tingkat pusat.

Baca Juga: Kemarau Basah Hantui Petani Tembakau di Jateng, Risiko Gagal Panen 20%

“Yang petani tahu, tembakau yang ditanam berhasil dipanen lalu dijual ke PT Sadhana. Enggak paham urusan cukai naik. Selama ini, saya enggak pernah merasakan dampak kenaikan cukainya juga,” kata Mardi, Selasa (30/8/2022).

Ia mengaku telah mengikuti program mitra dengan PT Sadhana sejak 2016. Tembakau yang dipasok, ditanami di lahan miliknya sendiri seluas lebih kurang 2.000 m2. Modal menggarap luas lahan itu mencapai sekitar Rp6 juta. Saat masa panen tembakau tiba, ia bisa meraup untung bersih senilai Rp7 juta.

“Masa panennya sekali dalam setahun. Setelah panen, lahannya dialihkan dengan tanaman padi saat musim hujan,” ucapnya.

Saat ini, lanjut Mardi, dirinya justru mengkhawatirkan kualitas tembakaunya buruk menyusul terlambatnya musim kemarau tahun 2022. Setelah menanam tembakau, Mei 2022, beberapa pekan kemudian masih turun hujan.

Baca Juga: Keistimewaan Mete Wonogiri, Tetap Diburu meski Harga Beli Lebihi Daging Sapi

“Padahal, tanaman tembakau tak diperbolehkan terkena banyak air,” katanya.

Berdasar data yang dihimpun Dispertan Pangan Wonogiri, area penanaman tembakau terluas di Kabupaten Wonogiri terletak di Kecamatan Eromoko. Hingga triwulan II tahun 2022, luas yang ditanami tembakau di kecamatan itu mencapai 900 hektare (Ha). Luas area itu berbanding jauh dari Wuryantoro yang menjadi kecamatan terluas kedua, dengan luas total 116 Ha.

Sampai saat ini, tanaman tembakau di Kabupaten Wonogiri tersebar di 15 kecamatan. Mayoritas persebaran tanaman tersebut berada di daerah bertanah kering dan mulai ditanami saat musim kemarau tiba. Kendati demikian, dari total luas area yang ditanami tembakau, yakni 1.375 Ha, hingga triwulan II tahun 2022, baru 904 Ha lahan tembakau yang sudah memasuki masa panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya