BOYOLALI--Anomali cuaca membuat para petani tembakau di sejumlah wilayah Kecamatan Cepogo was-was. Mereka mewaspadai jamur yang mengancam kelangsungan tanaman tersebut.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (13/6/2013), petani lebih intens memantau pertumbuhan tanaman mereka. Sebab, curah hujan tinggi masih berlangsung padahal mereka memperkirakan Juni ini mulai masuk musim kemarau.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Salah satu petani di Dukuh Randu, Desa Jelok, Kecamatan Cepogo, Sutarno, 38, mengatakan penyemprotan obat terus dilakukan. Penyemprotan yang dimaksud untuk mengusir ulat yang menyerang daun tembakau.
“Rutin, jika disemprot obat daun bisa diupayakan utuh. Namun selang sehari hingga dua hari disemprot, ulat datang lagi,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di Boyolali.
Petani, lanjut dia, juga menjadi waspada terhadap intensitas hujan tinggi. Sebab, guyuran air hujan membuat daun tembakau menjadi layu. “Kadang ada yang lolos gara-gara terlalu banyak hujan. Untuk daun layu memang belum ada obatnya,” imbuhnya.
Layunya daun, disebutkan Sutrisno, 44, bervariasi dalam setiap ladang. “Ada yang selamat semua ada pula yang hampir seperempat lahan. Selang seling, tak ngeblok dalam satu titik,” ujar petani di Desa Gedangan, Cepogo itu.
Dia memperkirakan layunya daun tembakau akibat serangan jamur di bagian akar. Hal itu disebutnya dipicu kadar kelembaban.
Sutrino mengakui serangan ulat menjadi perhatian khusus. Sebab ulat menyerang bagian daun. Sementara daun tembakau merupakan bagian terpenting yang dijual pada masa panen.
“Yang sudah terserang ya bolong-bolong. Memang dalam setiap tanaman yang terserang masih ada bagian yang bisa dijual. Tapi, kami juga masih meraba prospek tembakau pada masa panen nanti laku atau tidak,” tukasnya.