SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SLEMAN—Petani salak di Desa Tunggularum Kecamatan Turi, Sleman gagal panen raya akhir tahun ini. Pasalnya kondisi salak sulit berbuah karena pohon belum pulih seratus persen pascaerupsi Merapi 2010 lalu.

Salah satu petani salah di Tunggularum, Sujito menyampaikan, sampai saat ini permasalahan yang dihadapi petani adalah kembang salak tidak bisa keluar. Padahal seharusnya bulan Agustus sudah mulai persiapan panen raya. “Panen raya antara bulan November sampai Desember, tapi sekarang kembangnya saja tidak keluar,” kata dia, Selasa (2/9).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi kebun salak memang sudah mulai hijau, namun daun berukuran pendek karena baru tumbuh. Otomatis produksi salak belum bisa maksimal dan terpaksa tidak ada panen raya tahun ini. “Jangankan panen raya, mau cari salak tombo (obat) ngidam saja sekarang tidak ada,” imbuh Sujito.

Di Desa Tunggularum terdapat 30 hektare lahan salak yang tertimbun debu Merapi. Dihitung secara keseluruhan sampai Magelang, jumlahnya mencapai ratusan hektare. Seluruh daunnya patah sehingga harus direkonstruksi dengan cara dipotong agar tumbuh tunas daun baru.

Diperkirakan petani butuh waktu dua tahun untuk memulihkan produksi salak seperti semula. Kondisi itu membuat warga kehilangan penghasilan. Padahal jika panen raya berhasil, dalam satu minggu petani bisa panen salak sampai dua muatan pick up.

Kini banyak petani salak yang beralih profesi menjadi keprok batu candi. Mereka menjual batu kepada pengepul batu candi. (Harian Jogja/Akhirul Anwar)

Foto Ilustrasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya