SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Solopos.com) – Para petani di wilayah Kabupaten Boyolali mulai menanggalkan pupuk kimia. Mereka beralih menggunakan pupuk organik yang dirasa lebih ramah dengan lingkungan. Akibatnya, realisasi penyerapan pupuk urea bersubsidi hingga Mei 2011 belum maksimal. Penyerapan pupuk urea hanya mencapai 87,2% dari kebutuhan petani sebesar 13.500 ton.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Boyolali, Wisnu Hermadi, mengatakan tidak maksimalnya penyerapan pupuk urea disebabkan para petani saat ini banyak beralih menggunakan pupuk organik. “Para petani mulai sadar dan merasakan keuntungannya dengan penggunaan pupuk organik. Selain harganya lebih murah juga ramah lingkungan,” katanya kepada wartawan akhir pekan lalu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurutnya, para petani sedang menggalakan produksi pupuk organik dengan memanfaatkan limbah kotoran hewan seperti sapi. Selain itu, akibat serangan hama wereng terhadap tanaman padi, para petani membiarkan lahan sawahnya tidak ditanami.

Para petani yang diminta untuk mengatur pola tanam dengan menanam jenis tanaman palawija. Di antaranya, jagung, kacang, ketela pohon, dan kedelai. “Bahkan, para petani di lahan tadah hujan atau di kawasan lereng Gunung Merapi dan Merbabu sudah mulai tanam tembakau,” katanya.

Kecamatan di Boyolali yang terbanyak menyerap pupuk urea pada bulan Mei adalah Karanggede sebesar 295 ton, Mojosongo 124 ton, Ampel 113 ton.
Ditambahkan, Kepala Seksi Tanaman Padi dan Palawija, Distanbunhut Boyolali, Sugiarto mengatakan pendistribusian pupuk bersubsidi tersebut sudah disesuaikan dengan kebutuhan petani di setiap kelompok.nya. “Mereka tidak mungkin kekurangan pupuk pada setiap kelompoknya,” katanya.

Dijelaskan, alokasi jumlah pupuk urea di Boyolali sebanyak 22.615 ton untuk sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, 6.300 ton untuk perkebunan dan 105 ton untuk peternakan. Sedangkan harga pupuk urea bersubsidi sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 1.600 per kilogram (kg).

Sementara itu, pada tahun 2011 Boyolali mendapatkan alokasi pupuk
SP-36 sebanyak 3.030 ton dengan harga Rp 2.000 per kg, ZA 5.442 ton dengan harga Rp 1.400 per kg, NPK 10.724 ton dengan harga Rp 2.300 per kg dan organik sebesar 5.148 ton dengan harga Rp700 per kg.

rid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya