SOLOPOS.COM - Seorang petani menunjukkan barcode digital yang akan dipasang di setiap pohon alpukat sentra budidaya buah Desa Sanggang, Kecamatan Bulu, Sukoharjo. Foto diambil pada Oktober 2021. (Istimewa/Koperasi Petani Muda Nusantara Farm)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kalangan petani milenial yang tergabung dalam Koperasi Petani Muda Nusantara Farm di Desa Sanggang, Bulu, Sukoharjo, berencana memasang barcode digital di setiap batang pohon alpukat. Penerapan barcode digital ini guna mengefektifkan proses jual beli secara digital atau digital marketing.

Sentra budidaya buah dirintis di Desa Sanggang tepatnya sekitar Embung Cerme. Luasnya lebih dari 20 hektare. Para petani setempat diberdayakan untuk menanam bibit durian dan alpukat dengan pendampingan dari petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jumlah bibit alpukat yang ditanam mencapai ratusan. Guna mengoptimalkan digital marketing, para petani milenial di Sukoharjo ini lantas melakukan terobosan baru dengan memasang barcode pada setiap batang pohon alpukat.

Baca Juga: Belasan Kendaraan Ketahuan Langgar Izin saat Uji Petik di Sukoharjo

Dengan begitu, pengunjung atau konsumen bisa memperoleh beragam informasi mengenai pengembangan agroeduwisata alpukat di Desa Sanggang. “Barcode digital dipasang di setiap batang pohon alpukat. Hal ini menjawab tantangan pemasaran produk dengan memanfaatkan pesatnya perkembangan teknologi informasi,” kata Wakil Ketua Koperasi Petani Muda Nusantara Farm, Janu Hari Setiawan, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (9/11/2021).

Selain pendataan jumlah pohon, barcode digital digunakan sebagai sarana digital marketing yang cukup efektif. Kode itu berisi beragam informasi mengenai deskripsi sentra buah alpukat, harga hingga kegiatan agrowduwisata mulai dari pembibitan, pengolahan, panen hingga pemasaran.

Desa Wisata

Para pengunjung atau konsumen bisa memperoleh informasi sentra buah alpukat secara detail ketika memindai QR code. “Sebagai petani milenial, kami dituntut untuk mengembangkan sentra buah menjadi desa wisata di Sukoharjo dengan menerapkan digitalisasi. Salah satunya barcode digital yang dipasang di setiap batang pohon alpukat,” ujarnya.

Baca Juga: Kabel Dicuri di Kartasura Capai 2 Ton, Telkom Rugi Ratusan Juta Rupiah

Janu menyebut sebagian pohon alpukat siap dipanen dan dipasarkan ke supermarket modern di Jakarta pada Januari 2022. Harga alpukat lokal yang masuk supermarket modern cukup tinggi yakni Rp20.000-Rp25.000 per kg. Harga itu jauh di atas harga yang ditawarkan tengkulak sekitar Rp5.000 per kg.

Para petani bakal memberikan royalti keuntungan hasil panen alpukat kepada orang yang menanam bibit alpukat. “Siapa pun yang menanam bibit alpukat akan diberi royalti. Bisa berupa uang atau buah hasil panen. Misalnya, unsur forum komunikasi pimpinan daerah Sukoharjo yang menanam bibit alpukat. Maka royalti diberikan kepada bupati, kapolres dan pejabat daerah lainnya,” paparnya.

Kepala Desa Sanggang, Djeno, mengungkapkan selain Embung Cerme, budidaya durian dan alpukat menjadi potensi unggulan Desa Sanggang. Sebagian pohon alpukat bisa dipanen pada dua-tiga bulan mendatang. Sementara masa panen durian masih menunggu beberapa tahun lagi. Pemerintah desa berupaya memfasilitasi para petani untuk mengembangkan potensi agroeduwisata buah pada masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya