SOLOPOS.COM - Ikan mati di kawasan Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali. (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

Ikan mati di kawasan Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali. (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI — Kalangan petani ikan keramba di kawasan Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, mencemaskan cuaca buruk yang dapat menyebabkan kematian susulan pada ikan-ikan yang mereka budi dayakan. Selain perubahan kondisi waduk saat pergantian musim dari kemarau ke musim hujan, kepadatan ikan di keramba diakui juga memicu kematian ikan tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah seorang petani ikan keramba di Desa Sobokerto, Ngemplak, Sukiman mengemukakan kematian ikan keramba selama awal pergantian musim ini hampir merata dialami oleh petani. Akibatnya, mereka menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah.

”Rata-rata [ikan yang mati] mencapai 1 ton. Namun kerugian terbesar dialami Pak Wagino, yang mencapai kisaran 5 ton. Tapi kalau dihitung-hitung, totalnya ya ada sekitar 12 ton mati,” ujar Sukiman ketika ditemui wartawan di sela-sela aktivitasnya di keramba miliknya, Jumat (19/10/2012).

Menurut Sukiman, kematian ikan ini sebenarnya sudah diprediksi dan diantisipasi, antara lain dengan menggunakan mesin diesel untuk mengatur sirkulasi air di dalam karamba. Namun ternyata kematian ikan tetap saja terjadi. Sukiman menuturkan kematian ikan-ikan di keramba itu terjadi mulai Sabtu (13/10/2012) lalu dan berlanjut hingga Senin (15/10/2012). Dikatakannya, ikan-ikan itu mati karena cuaca yang panas karena mendung dan tidak adanya angin menjelang turun hujan.

”Kalau kondisinya seperti itu, kandungan oksigen dalam air berkurang dan menyebabkan ikan mati,” katanya.

Sukiman menambahkan sebagian besar ikan-ikan keramba yang mati justru ikan yang sudah siap panen. tersebut sudah siap panen. Seharusnya jika ikan itu dipanen, rata-rata bisa dijual dengan harga Rp16.000/kilogram (kg) di tingkat petani. Sementara mayoritas petani saat ini masih menanggung utang biaya pakan ikan.

”Ya biasanya kan kebanyakan bon dulu, lalu dibayar setelah panen,” ungkapnya.

Menurut petani ikan lainnya, Joni, ikan-ikan yang mati terpaksa dipunguti dan dibuang di pulau di tengah waduk.

”Biar bangkainya [ikan mati] tidak mencemari air waduk. Setelah bangkai ikan-ikan itu kering, nantinya dibakar supaya tidak bau,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya