SOLOPOS.COM - Keramba di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. (Solopos.com/Farida Trisnaningtyas)

Solopos.com, WONOGIRI–Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri meminta para pelaku usaha budi daya ikan petani ikan menggunakan keramba jaring apung (KJA) tidak menambah petakan KJA di Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Kepala Sub Divisi Jasa Air dan Sumber Daya Air III/1 Perum Jasa Tirta 1, Fendri Ferdian, mengatakan pada 2018 jumlah petakan KJA di WGM sudah mencapai 1.700-an petak KJA.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Padahal kapasitas maksimal hanya sekitar 1.100 petak KJA. Di sisi lain, penyumbang limbah terbanyak di WGM adalah dari usaha budi daya perikanan KJA.

Dalam satu tahun, limbah di WGM 1.222,9 ton/tahun. Sementara limbah dari usaha budi daya perikanan KJA sebanyak 1.201,2 ton/tahun.

“Data itu bersumber dari penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu Universitas Brawijaya pada 2018. Mungkin saat ini jumlah petakan KJA bisa berkurang atau bertambah dari dari tahun itu. Kemudian untuk penelitian limbah, mereka mengambil sampel di sembilan lokasi di WGM,” Kata Fendri saat ditemui Solopos.com di salah satu rumah makan di kawasan wisata WGM, Rabu (27/7/2022).

Baca Juga: Rute Stasiun Wonogiri ke Waduk Gajah Mungkur, Ada yang Tahu?

Pihaknya belum bisa melakukan tindakan apapun terkait hal itu karena belum mengetahu secara pasti jumlah petakan KJA saat ini. Perum Jasa Tirta akan menunggu kajian dari Dislapernak terlebih dahulu soal jumlah dan luas KJA di WGM.

Selain itu, Fendri juga mengimbau agar limbah-limbah KJA seperti jaring atau kerangka KJA yang tidak lagi digunakan tidak dibuang di WGM. Limbah bekas KJA itu sebaiknya dibawa ke daratan agar tidak menyumbat intake pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Catur Wuryaningsih Margihastuti, mengatakan untuk sementara waktu para petani ikan KJA diimbau tidak menambah petakan kolam. Sebab jumlah petakan KJA sudah mencapai 4.000an.

“Untuk sementara kami membatasi dulu agar para petani ikan tidak lagi petakan KJA di WGM. Meski kami belum bisa melarang, para petani jangan dulu menambah petakan. Terlebih para petani belum memiliki izin usaha. Saat ini luas KJA di WGM 9 hektare. Luas maksimal yang diperbolehkan untuk KJA di WGM seluas 10 persen dari total luas waduk,” kata Catur saat dihubungi Kamis (28/7/2022).

Dislapernak akan mengkaji kondisi tersebut untuk menentukan kebijakan apa yang akan diambil.

Baca Juga: Waduh! 147 Petani Ikan di WGM Wonogiri Ternyata Belum Miliki Izin Usaha

Menurut dia, meski jumlah petakan KJA sudah mencapai 4.000-an, petakan itu tidak semua digunakan.

Dia mencontohkan satu orang ada yang punya 100 petak. Tetapi 100 petak tidak semua berisi ikan. Proses budi daya perikanan KJA membutuhkan banyak petakan untuk melakukan seleksi pada tiap tahap budi daya.

“Meskipun yang kami data itu 100 petak, itu tidak semua isi. Ada yang dikosongkan, misalnya untuk panen saja. Jadi sekarang ada sekitar 4.000an petak. Tapi ya dengan pengertian, tidak semua petak terisi ikan,” ujar dia.

Dia menambahkan ukuran petak KJA yang dimiliki petani biasanya hanya 4,5 meter persegi sampai 6 meter persegi. Sementara ukuran standar petak KJA adalah 7 meter persegi.

Jika semua petani menggunakan petak KJA 7 meter persegi. Maka jumlah petak maksimal sebanyak 945 petak KJA.

Berdasarkan data dari pusdataru.jatengprov.go.id, luas area tangkapan air WGM adalah 1.202,7 km2 atau 120,2 hektare. Sehingga luas maksimal yang diperkenan untuk usaha budi daya perikanan KJA adalah 12 hektare atau 10 persen dari luas total area tangkapan air WGM.

Baca Juga: Banjir Peminat! Lelang Revitalisasi WGM Wonogiri Diikuti 289 Peserta

Terpisah, Ketua Kelompok Petani KJA Sendang Asri, Sutrisno, mengatakan setuju dengan kebijakan pembatasan sementara petakan KJA.

Dia juga tidak menampik jika pada 2018 usaha budi daya perikanan KJA menyumbang limbah terbanyak di WGM. Sebab kala itu masih terdapat PT Aquafarm yang memiliki KJA dengan jumlah ratusan. Mereka bisa menghabiskan pakan banyak dalam sehari.

“Sekarang PT Aquafarm sudah tidak ada di sini. Saya jamin, saat ini tidak sampai 200 sak pakan yang digunakan dalam sehari. Mentok paling 150 sak untuk total pakan yang digunakan seluruh petani,” kata dia.

Menurut dia, saat ini penambahan KJA sangat kecil terjadi. Sebab petani sedang kuwalahan dengan terus meningkatnya harga pakan ikan. Akibatnya, keuntungan yang didapatkan petani ikan tidak sampai 10%.

“Sekarang, untuk dapat untung 10% itu susah sekali,”imbuh Sutrisno.



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya