SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO--Petani di Dukuh Bedodo, Desa Blimbing, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, melakukan gropyokan tikus, Minggu (23/12/2012).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut dilakukan karena petani sudah geram dengan ulah tikus yang kian mengganas.

Menurut salah satu petani, Sudadi, gropyokan tersebut kali kedua diadakan. “Pekan lalu kami sudah melakukan gropyokan, menurut rencana hal ini [gropyokan] akan kami lakukan setiap pekan karena tikus di sini sangat banyak,” ungkap Sudadi, saat ditemui Solopos.com di lokasi gropyokan, Minggu.

Menurut dia, sekali gropyokan, bisa mendapatkan 100-an  tikus. Saat gropyokan tikus itu, Sudadi dan rekan-rekannya hanya berbekal kayu sebagai pentungan, cangkul dan jaring. Menurut Sudadi, mereka hanya menggunakan alat seadanya karena tidak memberitahukan kepada Dinas Pertanian (Dispertan) mengenai agenda mereka pagi itu.

“Kami tidak memberi tahu Dispertan kalau melakukan gropyokan jadi alatnya seadanya. Kalau kami memberi tahu kemungkinan kami akan mendapat pinjaman alat yang bisanya digunakan untuk mengasapi lubang tikus,” terang laki-laki yang juga menjadi salah satu pengurus PNPM Desa Blimbing ini.

Menurut Sudadi, sekitar 60% hingga 65% area sawah di Dukuh Bedodo gagal panen.

“Banyak yang gagal panen karena tikus, sekitar 60% sampai 65% dengan kerugian masing-masing petani antara Rp5  juta hingga Rp6  juta.”

Gropyokan dilakukan sebelum petani mulai tanam.  “Kami sengaja memilih sekarang ketika sawah yang musim tanam lalu gagal panen belum ditanami padi untuk mempermudah pembasmian tikus. Soalnya kalau sudah ditanami padi dan tikus lari diantara padi-padi tentu kami tidak bisa berbuat banyak, salah-salah nanti malah merusak tanaman padi.”

Untuk melakukan gropyokan selanjutnya, Sudadi berencana mengajak kelompok tani. “Saat ini hanya beberapa petani yang ikut gropyokan jadi kurang maksimal karena tidak bisa menjangkau banyak lokasi, paling kami hanya bisa melakukan groypokan sekitar 100 meter untuk sisi utara dan selatan pematang sawah. Jadi kami berencana mengajak kelompok tani supaya bisa serempak dan hama tikus segera berkurang atau mungkin hilang.”

Selain itu, menurut Sudadi, pihaknya juga mengusulkan kepada Kepala Desa untuk mengatur masa tanam di Desa Blimbing. Menurut dia, selama 15 tahun terakhir, masa tanam petani tidak serempak sehingga hal tersebut menyebabkan hama tikus tumbuh subur di Blimbing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya