SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SERANGAN TIKUS--Petani di Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo melakukan gropyokan tikus, Selasa (19/1/2010) di areal persawahan desa setempat. (dok Solopos)

Sukoharjo (Solopos.com)--Petani di Sukoharjo diminta mewaspadai serangan hama tikus sebelum menginjak masa tanam (MT) November mendatang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Dinas Pertanian (Distan) Sukoharjo menyiapkan penanganan secara pengemposan atau penyemprotan asap belerang.

Serangan jenis hama itu dikatakan telah terjadi di Kecamatan Sukoharjo. Terkini, gejala serangan hama tikus mulai terdeteksi di Kecamatan Polokarto.

“Di Kecamatan Sukoharjo sudah berlangsung, sekitar Mei dan Juni lalu dan saat ini sudah ada pengajuan gerakan (pemberantasan hama tikus-red) dari daerah Polokarto,” kata Koordinator Pengawas Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Pengamat Hama dan Penyakit (PHP), Samidi saat ditemui Espos di Kantor Distan Sukoharjo, Jumat (23/9/2011).

Serangan hama tikus di Sukoharjo itu, lanjut dia, terjadi di areal persawahan seluas 28 hektare. Hal itu dikatakannya menyebabkan petani mengalami gagal panen atau puso.

“Ada pendataan sawah padi puso, kategori kegagalan di atas 80 persen dari total tanaman, untuk mendapatkan bantuan dari pusat. Bantuan mencakup sawah terkena wereng, virus dan tikus. Dan, sawah yang terserang tikus seluas 28 hektare, di Kecamatan Sukoharjo,” katanya.

Dia mengatakan idealnya serangan tikus dengan luasan sawah seperti itu ditindaklanjuti dengan sensus tikus. Sensus itu dilakukan secara menghitung liang tikus aktif di sawah. “Karena kemarin itu konsentrasi penanganan terhadap hama wereng,” imbuhnya.

Samidi menjelaskan gejala serangan tikus ditandai keberadaan penggerik batang. Penggerik itu biasa disebut sundep dan beluk. “Sudah ada gejala yang kami terima lewat laporan dari Polokarto dan ada pengajuan untuk diadakan gerakan,” paparnya.

Dia mengatakan hasil reproduksi sepasang tikus bisa berkembang biak sampai 2.048 ekor setiap tahunnya. “Usia tikus bisa lebih dari setahun. Perkembangbiakan menurut hitungan rata-rata, sepasang mampu beranak enam ekor dan sampai setahun bisa berjumlah 2048 ekor,” tambahnya.

Untuk itu, lanjut dia, petani diminta mewasdai serangan hama jenis tersebut. Samidi menjelaskan penanganan serangan itu bisa dilakukan secara pengasapan dengan belerang ke liang-liang tikus sawah. Selain itu, petani juga bisa menggelar gropyokan di sawah-sawah yang ditahui memiki populasi tikus.

(ovi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya