SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Pengurangan kuota pupuk nonorganik pada 2019 ini memusingkan petani di Sragen. Mereka mendesak Pemkab mengalokasikan APBD untuk pengadaan pupuk organik.

Lagiman, 55, petani asal Sidoharjo, mengatakan pembatasan kuota pupuk membuat dirinya kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam. “Di tingkat penyalur jadi rebutan. Siapa cepat dia dapat. Pupuk selalu menghilang saat dibutuhkan, tapi mudah ditemukan saat tidak dibutuhkan,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di ladangnya di kawasan Sidoharjo, Kamis (21/3/2019).

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, mengatakan kuota pupuk urea pada 2018 mencapai 31.000 ton. Padahal kebutuhan petani akan pupuk urea bisa mencapai 34-35 ton. Saat kebutuhan pupuk urea pada tahun lalu belum bisa dicukupi, pemerintah malah menurunkan kuota pupuk urea menjadi 28.000 ton pada 2019.

“Jadi ada pengurangan kuota pupuk urea hingga 3 ton pada tahun ini. Kebutuhan pupuk lain seperti SP36 mencapai 7.500 kg/tahun untuk lahan seluas 110 hektare [tiga kali musim tanam]. Tapi, saat ini ketersediaan pupuk SP36 baru 45 kg/hektare,” terang Suratno kepada Solopos.com.

Guna mengurangi tingkat ketergantungan pada pupuk nonorganik, kata Suratno, sudah saatnya petani di Sragen melirik pupuk organik. Namun, keterbatasan jumlah ternak di Sragen membuat kebutuhan pupuk organik tidak tercukupi.

Saat ini, kuota pupuk organik di Sragen hanya sekitar 14.000 ton/tahun. Jumlah itu masih sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan pupuk pada lahan seluas 110 hektare dalam tiga musim tanam. “Idealnya satu hektare lahan ya ada 1 ton pupuk organik. Jadi dalam setahun butuh 110 ton pupuk organik,” kata Suratno.

Harga pupuk organik, kata Suratno, terjangkau bagi petani yakni Rp500/kg. Berbeda dengan pupuk urea yang seharga Rp1.900/kg. Atas dasar itu, KTNA Sragen mendorong Pemkab Sragen bisa mengaver kekurangan kebutuhan pupuk organik menggunakan APBD.

“Kalau APBD mengaver pupuk nonorganik seperti urea mungkin terlalu berat. Kalau untuk mengaver pupuk organik mestinya bisa karena harganya cukup terjangkau. Jika kebutuhan pupuk organik ini tercukupi, otomatis ketergantungan pada pupuk nonorganik menjadi berkurang,” terang Suratno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya