SOLOPOS.COM - Empat petani mempraktikan teknik pemupukan tanam pada tanaman padi milik petani di wilayah Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Warsono)

Solopos.com, SRAGEN—Kondisi pupuk yang terbatas membuat petani berpikir kreatif untuk menyiasatinya.

Seperti petani asal Dukuh Sentulan RT 002, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Sragen, membuat inovasi pemupukan dengan cara dimasukkan ke tanah supaya pupuk lebih cepat diserap akar tanaman padi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Inovasi itu muncul dari Warsono, 48, seorang Kaur Perencanaan Desa Kalimacan, Kalijambe, dan juga Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kalijambe. Warsono menjelaskan inovasi ciptaannya kepada Solopos.com, Selasa (15/11/2022).

Warsono menerangkan awalnya petani mencoba menyiasati dengan kondisi mepetnya jatah pupuk yang diterima petani dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Warsono yang memiliki sawah seluas 2.000 meter persegi itu hanya mendapatkan jatah pupuk subsidi 17 kg untuk NPK dan 40 kg untuk urea. Padahal kebiasaan petani itu, kata dia, memupuk tanaman padi itu satu musim bisa 2-3 kali.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Harga Beras Naik, Tapi Petani di Sragen Tak Ikut Menikmati

“Akhirnya saya berpikir supaya bisa hemat pupuk karena kekurangan pupuk harus beli nonsubsidi. Supaya pupuk tidak menjadi masalah terus, kami menemukan ide teknik pemupukan dengan cara ditanam ke tanah sedalam 5-10 cm.

Dengan teknik itu ternyata hasilnya lebih bagus, tanaman lebih kokoh sehingga tidak mudah roboh, dan hemat operasional,” jelas Warsono.

Dia menerangkan pemupukan dilakukan pada usia tanaman 15 hari terhitung sejak tanam. Dia menjelaskan tekniknya setiap empat rumpun tanaman padi diberi satu sendok makan pupuk.

“Cara memasukan pupuk itu, tanah diinjak dan pupuk dimasukkan lalu ditutup tanah dengan kaki sambil jalan. Komposisi pupuknya perbandingan satu sak NPK dicampur dengan satu sak urea. Ukuran per satu sak itu sama dengan 50 kg,” kata Warsono.

Baca Juga: Harga Beras di Sragen Naik Rp500-Rp1.000/kg, Ternyata Ini Penyebabnya

Dia mengatakan inovasi ini terbukti sehingga perlu disuarakan secara nasional. Dia menerangkan kalau dulu petani melakukan pemupukan 2-3 kali dengan inovasi ini cukup dengan sekali pemupukan.

“Hasil panennya juga meningkat. Dengan luas sawah 2.000 meter persegi itu, saya bisa mendapatkan hasil 2 ton gabah kering panen. Padahal sebelumnya meskipun dua kali pemupukan hanya dapat 1,7 ton per 2.000 meter persegi,” ujarnya.

Dia melanjutkan dari sisi penyiangan juga ringan karena rumput tidak banyak. Dengan pupuk tabur, kata dia, rumput yang subur tetapi dengan pupuk yang ditanam maka akar rumput tidak sampai menjangkau pupuk sehingga hemat operasional penyiangan dan hemat pupuk.

Baca Juga: Kumpulkan KTNA, Distan KP Sragen Uraikan Penyebab Tanaman Kerdil

Atas temuan ini, Warsono meminta kepada Kementerian Pertanian supaya membuatkan pupuk tablet khusus untuk NPK sehingga mudah dimasukkan ke tanah.

Di wilayah Kalimacan, ujar dia, ada 40% petani dari jumlah petani sebanyak 450 orang dengan luas lahan 130 hektare sudah menggunakan teknik pemupukan ini. Dia menjelaskan petani itu kalau belum tahu buktinya mereka belum mau mencoba.

“Saya juga sosialisasi lewat KTNA Kalijambe supaya bisa dimanfaatkan para petani,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya