SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Sejumlah petani di Kecamatan Banyudono, mulai kesulitan mendapatkan aliran air irigasi pada pertengahan musim kemarau tahun ini. Pasalnya, Kali Pepe dan Kali Pengging yang selama ini menjadi andalan petani, mengalami penyusutan, akibat penguapan.

Ketua Gabungan Kelompok Tani Desa Kuwiran, Edi Purnomo, mengatakan kesulitan memperoleh air irigasi dirasakan petani sejak satu bulan lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saat ini aliran air yang kami peroleh dari Kali Pepe dan Pengging berkurang 50 persen,” katanya, Senin (31/8).

Dalam dua pekan ke depan, ia menambahkan, petani dipastikan akan memanfaatkan mesin pompa untuk menyedot air dari sumur pantek.

Sementara di Ngemplak, lahan pertanian seluas 600 hektare (ha) yang tersebar di Desa Sawahan, Pandeyan, Donohudan, Kismoyoso, Manggung, Dibal, Gagaksipat, Sindon dan Ngesrep mulai kesulitan mendapatkan aliran air irigasi.

Kondisi tersebut sebagai dampak penyusutan drastis elevasi air di Waduk Cengklik sejak satu bulan terakhir. Akibatnya, tanaman padi yang akan dipanen Oktober, terancam tak mampu tumbuh maksimal.

“Potensi pertanian kami tak mampu berhasil maksimal, jika hanya mengandalkan aliran air dari waduk,” ucap Ketua Gabungan Petani Pemakai dan Pengelola Air (GP3A) Daerah Irigasi (DI) Cengklik, Samidi.

Ia melanjutkan, guna menyeimbangkan pasokan air, pihaknya kini mengajukan pinjaman mesin pompa sebanyak 12 unit dari Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Mesin pompa tersebut, kata ia, akan dimanfaatkan petani untuk menyedot air dari sumur pantek. Musim kemarau seperti ini, menurutnya, selain dari waduk, sumber air lain untuk pertanian adalah sumur pantek.

dwa

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya