SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Gagasan ini dimuat Harian Solopos edisi Rabu (15/5/2019). Esai ini karya Reny Fajarina, guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMAN Kerjo, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Alamat e-mail penulis adalah renyfajarina@yahoo.com.

Solopos.com, SOLO — Salah satu prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia adalah peningkatan mutu pendidikan secara merata di setiap daerah dan satuan pendidikan.  Pada abad ke-21 para siswa menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian sejalan dengan perkembangan lingkungan yang begitu pesat, seperti teknologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, dan budaya sehingga siswa dituntut belajar lebih banyak dan proaktif agar memiliki pengetahuan dan keterampilan/keahlian yang memadai.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah sebagai ujung tombak atau sosok terdepan (frontliner) dalam proses pendidikan dituntut mampu memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui strategi dan pola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan abad ke-21.

Guru bukan hanya dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan mengajar dengan kompleksitas peranan sesuai dengan tugas dan fungsi yang diembannya, tetapi juga harus kreatif, dapat menghasilkan atau memunculkan gagasan, ide-ide, tindakan yang baru (up to date), dan menarik baik untuk memecahkan masalah; suatu metode atau alat dalam proses pembelajaran.

Ekspedisi Mudik 2024

Penyampaian pembelajaran saat ini lebih banyak didominasi metode ekspositori, ceramah, pemaparan dari guru dengan tujuan mempercepat penguasaan konsep PPKn kepada siswa. Akibatnya pembelajaran PPKn bersifat monoton, satu arah, dan dianggap membosankan.

Jika hal demikian tidak diatasi, lama-kelamaan kebosanan dan kejenuhan siswa dapat memuncak yang berakibat mata pelajaran PPKn benar-banar menjadi tidak berwibawa dan ditinggalkan para siswa. Telah terlalu banyak konsep yang diajarkan dan siswa sulit memisahkan, membedakan, dan menghubungkan konsep yang memang memiliki hubungan.

Artinya, terjadi kebingungan atau tumpang tindih penguasaan konsep oleh siswa. Para siswa diberi konsep-konsep dalam PPKn tetapi sulit mengungkapkan kembali secara benar dan terbedakan. Akibatnya banyak siswa yang hanya menghafal, membaca ulang teks dalam buku, dan mengungkap kembali persis dengan apa yang pernah ditulis atau tertulis dalam buku.

Pada akhirnya yang terjadi adalah verbalisme saja. Bukan paham konsep, tetapi sekadar hafal. Diperlukan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa belajar secara mandiri/aktif mengidentifikasi dan  menjelaskan konsep serta menghubungkan dan membuat kaitan konsep-konsep yang ada dalam suatu kompetensi dasar pelajaran PPKn.

Saya sebagai guru PPKn mencoba menerapkan metode belajar peta konsep. Metode belajar tersebut adalah Asyik Mengajar dengan Petak Umpet. Yang dimaksud Petak Umpet adalah Peta Konsep untuk Memaknai Penguasaan Materi. Tujuan peta konsep adalah membantu siswa melakukan pembelajaran yang lebih bermakna dan mempermudah siswa  memahami konsep PPKn.

Belajar Aktif

Melalui pengalaman belajar aktif tersebut siswa terlatih dan terbiasa mengidentifikasi konsep, menentukan konsep mayor dan minor, memberi penjelasan, memetakan hubungan, dan menjelaskan kaitan antarsatu konsep dengan konsep lain dalam suatu jalinan utuh.

Kemampuan tersebut diharapkan mengendap sebagai pembelajaran yang bermakna, menciptakan daya ingat yang kuat, dan mampu diungkapkan kembali secara baik. Dengan demikian keluaran bukan sekadar hafal  akan konsep, tetapi paham benar dengan konsep tersebut yang dibuktikan dengan kemampuan menjelaskan kembali dengan kata-kata sendiri tanpa harus menghilangkan makna dari konsep tersebut.

Salah satu strategi pembelajaran dalam rangka memahami konsep-konsep dalam pelajaran PPKn  adalah penggunaan peta konsep (concept map). Peta konsep adalah alternatif untuk mengorganisasikan materi dalam bentuk peta (bagan, skema, gambar) secara holistik, inter-relasi dan komprehensif suatu konten mata pelajaran.

Peta konsep membantu siswa melakukan pembelajaran yang lebih bermakna. Peta konsep menggambarkan konsep-konsep saling terkait atau berhubungan. Melalui peta konsep siswa belajar menyusun, mengorganisasikan, membuat pola, merancang, mendesain, membangun, dan menulis.

Hasil belajar melalui peta konsep menekankan pada perilaku kreatif dengan merumuskan suatu pola atau struktur baru yang unik. Jadi,  dengan pembelajaran melalui peta konsep diasumsikan siswa mampu memahami konsep-konsep pelajaran PPKn.

Strategi peta konsep sebagai strategi pembelajaran untuk materi kognitif juga sesuai dengan prinsip pembelajaran demokratis yang berpijak pada keaktifan siswa. Peta konsep mengajarkan berpikir pada ranah kognitif tingkat sintesis.

Penggunaan peta konsep ini juga lebih mudah, efisien, dan tidak perlu dukungan peralatan pembelajaran yang lebih. Peta konsep disusun sendiri oleh guru dan sekaligus dapat disusun bersama dalam suatu kelas. Pembuatan peta konsep juga tidak membutuhkan anggaran yang  besar sebab yang diperlukan adalah kertas-kertas atau karton yang bertuliskan sejumlah peta konsep materi pembelajaran.

Peta konsep selain sebagai desain materi pembelajaran juga dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran dan model penilaian pembelajaran. Ada beberapa langkah yang diperlukan dalam menyusun peta konsep.

Pertama, menentukan suatu bahan bacaan sebagai materi pembelajaran sesuai dengan kajian yang akan dipelajari. Kedua, menentukan  konsep-konsep itu dari yang paling umum ke yang paling khusus, konsep utama/mayor sampai pada konsep minor. Ketiga, menyusun potongan-potongan kertas yang bertuliskan konsep-konsep itu (seperti di meja atau di kertas lebar) ke dalam sebuah gambar atau peta, yaitu bentuk yang mudah dimengerti dan dipahami.

Menjadi Mudah Dipahami

Susunan dapat berbentuk apa saja. Bentuk atau gambar itu adalah satu visual isi materi pembelajaran atau suatu peta konsep materi. Keempat, menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan garis penghubung (satu arah, atau dua arah, atau bertolak belakang, atau terputus-putus) untuk menunjukkan hubungan di antara konsep-konsep tersebut.

Hubungan yang jelas antarsatu konsep dengan konsep lain ditunjukkan dengan tanda anak panah, arah anak panah, serta garis penghubungnya. Peta konsep sebagai desain materi dapat digunakan sebagai salah satu metode  belajar aktif siswa.

Dengan penugasan membuat peta konsep, siswa aktif mencari sumber belajar, membaca, mengidentifikasi konsep-konsep, membuat hubungan, membuat skema, memberi label, memperesentasikan, menanggapi, bertanya, dan lain-lain.

Peta konsep dapat digunakan pula sebagai penilaian pembelajaran, yaitu penilaian kecakapan dalam berpikir sintesis kreatif. Dalam penilaian ini guru dapat menilai kemampuan siswa membuat peta konsep yang baik, mempresentasikan, dan membandingkan dengan peta konsep siswa lain atau bahkan dari guru.



Hasilnya menunjukkan strategi peta konsep ternyata berhasil dalam memberi pemahaman suatu konsep kepada pebelajar. Siswa merasa pelajaran yang disampaikan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasa tertantang untuk lebih mengetahui secara detail permasalahan dan tugas yang diberikan, siswa tertarik, keterampilan proses berkembang, dan siswa merasa punya banyak ide.

Penggunaan peta konsep mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mengorganisasikan konsep-konsep pada mata pelajaran PPKn dan mengubah pembelajaran yang sulit untuk dipahami karena materi yang  rumit menjadi materi yang menjadi mudah dipahami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya