SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN –</strong> Sepeda motor Honda C70 menjadi kawan setia Septyawan Hidayat, 25. Sepeda motor tua itu ia tunggangi dari Wonogiri hingga <a title="WISATA KLATEN : Dibuka 28 Oktober, Ini Penampakan Objek Wisata Bekas Tambang Gamping Krakitan" href="http://soloraya.solopos.com/read/20171020/493/861591/wisata-klaten-dibuka-28-oktober-ini-penampakan-objek-wisata-bekas-tambang-gamping-krakitan">Bukit Patrum</a>, di Dukuh Mojopereng, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat.</p><p>Sepanjang perjalanan, ia tak menemui banyak kendala. Sepeda motornya bisa dibilang sehat bak sepeda motor baru dari <em>dealer.</em> Ia tak sendirian, ada puluhan pencinta motor serupa datang berangkat bersama di bawah bendera komunitas sepeda motor Gajah Mungkur Plethuk Club Wonogiri.</p><p>&ldquo;Lebih pede saja naik motor <a title="KISAH UNIK : Tugu Motor Klasik Klaten, Bukti Solidaritas Komunitas Yamaha 70-an" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180321/493/904501/kisah-unik-tugu-motor-klasik-klaten-bukti-solidaritas-komunitas-yamaha-70-an">klasik</a>. Nyaman dan seakan sudah menyatu. Dari segi perawatan juga mudah cukup biasa dilap setiap hari, <em>diisik-isik</em> biar cling,&rdquo; ujar Ketua Gajah Mungkur Plethuk Club Wonogiri, Septyawan, seraya tertawa saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di sela-sela Kenduri Motor Klaten 2018 di Bukit Patrum, Minggu (5/8/2018).</p><p>Kawan Septyawan, Antoni Tipuk Nugroho, 28, mengutarakan kesenangan yang sama. Bagi dia, mengendarai Honda C70 juga menjadi kenikmatan sendiri saat menjadi sorotan pengguna jalan lain di jalan raya. Tak jarang, ia mengobrol dengan orang yang tertarik sepeda motor lawasnya. &ldquo;Mungkin orang pada heran ya motor tua kok masih bisa jalan,&rdquo; ujar Tipuk yang menjadi Ketua Komunitas Plethuk Karanganyar.</p><p>Banyak kisah dilaluinya bersama Honda C70 kesayangannya. Salah satunya adalah saat motor milik temannya, Sapto Nugroho, mengalami pecah silinder pada malam hari dalam <em>touring</em> Sumedang &ndash; Bandung bersama sesama komunitas pencinta C70. Sepeda motor Sapto akhirnya disetut atau didorong menggunakan satu kaki oleh sepeda motor lain secara bergantian dari Sumedang ke Jogja.<br />Kesenangan menunggangi Honda C70 dan sejenisnya juga didukung dengan mudahnya mendapatkan suku cadang.</p><p>&ldquo;Yang penting adalah beli suku cadang asli walau bekas. Mending bekas tapi orisinil ketimbang baru tapi imitasi. Itu yang bikin motor awet. Cara pemakaiannya juga butuh kemesraan,&rdquo; sahut Sapto, yang menjadi ketua panitia Kenduri Motor Klaten 2018 berkelakar.</p><p>Soal harga, baik Tipuk, Septyawan, dan Sapto sama-sama tak tahu berapa harga pasaran sepeda motor miliknya. Sapto menuturkan sepeda motor yang ikut <a title="Motor Modifikasi Ala Gembel Berkeliaran di Klaten, Begini Tindakan Polisi" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180224/493/897573/motor-modifikasi-ala-gembel-berkeliaran-di-klaten-begini-tindakan-polisi">kontes</a> saja minimal harganya Rp15 juta. Bahkan, pernah ada rekannya menjual sepeda motor Honda C70 hingga Rp30 juta lebih. &ldquo;Semakin orisinil semakin mahal. Yang jenis 50 cc itu paling mahal atau yang jenis tanki pisah banyak diburu penggemar. Mungkin karena klasiknya,&rdquo; imbuh Tipuk yang lima tahun terakhir rajin menunggangi C70.</p><p>Kenduri Motor Klaten 2018 diikuti setidaknya 3.000 pencinta motor dari Soloraya dan perwakilan sejumlah kota di luar Jawa. Selain kontes sepeda motor dan hiburan musik, kegiatan itu ditambah dengan <em>rolling thunder</em> atau pawai keliling Klaten dan bakti sosial kepada anak yatim. &ldquo;Dipilih Bukit Patrum sekalian untuk promosi wisata Klaten,&rdquo; kata Sapto.</p>

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya