SOLOPOS.COM - Pemandangan dari gapura masuk Dusun Stabelan, Tlogolele, Selo, Boyolali, berlatar belakang gunung Merapi, Minggu (20/2/2022). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Keindahan pemandangan di Dusun Stabelan di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, menarik minat para wisatawan datang ke kampung yang berada di lereng Gunung Merapi itu. Selama pandemi Covid-19, dusun yang berjarak 3,5 kilometer dari puncak Merapi itu ramai dikunjungi warga dari berbagai wilayah.

“Pemandangan di sini, bisa melihat Merapi, Merbabu, Telomoyo, Sumbing, Sindoro, Slamet, dan Prau. Banyak wisatawan yang ke sini di era pandemi karena banyak tempat wisata. Jadi pada ke sini, sempat gapura masuk Stabelan itu viral,” ungkap Kepala Dusun (Kadus) Stabelan, Maryanto, saat dijumpai Solopos.com, Minggu (20/2/2022) pagi, di rumahnya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ya, saat itu, Solopos.com menyaksikan Gunung Merapi menjadi pemandangan di depan rumah dan di belakang rumah Maryanto terlihat pula Gunung Merbabu. Menurut Maryanto, itu adalah salah satu pesona Dusun Stabelan.

Baca juga: Asale Dusun Stabelan Boyolali di Lereng Gunung Merapi, Dulu Perkebunan Kopi?

Pemandangan yang indah tersebut, lanjut dia, membuat para pesepeda dari luar kota datang ke Stabelan untuk berfoto-foto. Ia mengatakan banyaknya wisatawan yang datang ke Stabelan mampu mendongkrak perekonomian warga yang terimbas pandemi.

“Pegowesnya ada yang dari Magelang, Jogja, Solo, dan Boyolali. Itu mendongkrak perekonomian di sini, ada warga yang buka warung di sini pendapatannya naik. Ada juga wisatawan dermawan, mereka ngasih bantuan ke warga sini yang kekurangan,” kata lelaki 27 tahun tersebut.

stabelan boyolali
Kadus Stabelan, Maryanto, berdiri di halaman rumahnya dengan pemandangan Gunung Merapi, Minggu (20/2/2022). (Solopos-Ni’matul Faizah)

Pada Minggu pagi itu, Gunung Merapi tampak gagah dari gapura Dusun Stabelan. Dari lokasi itu bisa disaksikan dengan jelas batuan-batuan di lereng Merapi. Sementara, beberapa warga Dusun Stabelan terlihat beraktivitas membawa rumput di lereng gunung yang berstatus siaga sejak 5 November 2020 itu.

Baca juga: 3 Desa di Selo Boyolali Diguyur Hujan Abu Vulkanik Merapi

Lebih lanjut, Maryanto menceritakan view Gunung Merapi pada peralihan musim seperti ini memang menjadi favorit karena didukung oleh pencahayaan alami matahari. “Saya yang warga sini aja pas view bagus juga sering foto. View bagus ya pas bulan-bulan ini. Pokoknya pascamusim pancaroba dari hujan ke kemarau karena langitnya ngasih pencahyaan yang bagus,” kata bapak satu anak tersebut.

Keramahan Penduduk

Maryanto mengungkapkan jarak puncak Merapi dengan dusunnya hanya sekitar 3,5 kilometer (km). Hal tersebut membuat Dusun Stabelan menjadi dusun terdekat dengan Merapi di wilayah Boyolali.

“Dari Stabelan, setelah naik ada hutan rakyat atau hutan kas milik desa. Habis itu hutan taman nasional gunung merapi. Nah setelah itu, wilayah gunung Merapi,” kata dia.

Baca juga: 48 Kali Guguran, Foto-Foto Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar

Selain menawarkan pesona dusun terdekat dengan Merapi dan juga pemandangan menawan, Maryanto mengungkapkan ada pesona lain yang tidak dimiliki oleh daerah lain, yaitu keramahan penduduknya.

“Kemarin ada anak KKN dari Cirebon sampai bilang Jogja yang katanya penduduknya ramah, lebih ramah sini. Intinya kami seadanya saja, kami tidak menjanjikan memberikan lebih misal ada orang yang mampir ke sini, paling tidak kami berikan air putih,” kata Maryanto.

Pesona Dusun Stabelan lainnya yang diungkapkan oleh Maryanto adalah warga Dusun Stabelan, Selo, Boyolali masih kental dengan adat istiadat leluhur.

“Kami ada kepercayaan, sewaktu-waktu Gunung Merapi erupsi, sebisa mungkin kami tidak mengeluarkan suara. Misal mitigasi bencana harus menggunakan sirine, kentongan, dan sebagainya, kami nggak boleh karena sudah turun temurun dari nenek moyang,” jelasnya.

Baca juga: Asyik Buat Selfie, Ini 7 Ikon Unik Kebun Raya Indrokilo Boyolali

Selain itu, selama Gunung Merapi erupsi, warga Dusun Stabelan selalu membuat api unggun. Hal tersebut, kata Maryanto, untuk memberi tanda bahwa ada anak cucu pepunden Mbah Petruk di Stabelan.

“Sebenarnya kalau zaman dahulu, api unggun kan untuk penerangan jalan karena belum ada penerangan. Tapi itu sebagai kepercayaan, di Merapi itu ada Mbah Petruk, kalau kami bikin api unggun, ini bukan kami anak cucu menolak atau menghalangi erupsi,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya