SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong> — Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terkenal dengan kemolekan Green Canyon-nya yang memanjakan mata. Keindahan yang mirip dengan green canyon itu juga ada di <a title="Wisata Klaten: Di Desa Ini, Pengunjung Bisa Selfie di Antara Bunga Refugia" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180415/493/910543/wisata-klaten-di-desa-ini-pengunjung-bisa-selfie-di-antara-bunga-refugia">Klaten</a>, tepatnya di Desa Socokangsi, Kecamatan Jatinom.</p><p>Green canyon mini ala Socokangsi terbentuk di aliran Sungai Gethuk yang airnya jernih dan tanpa sampah. Dasar sungai berupa bebatuan seolah menjadi filter alami. Untuk menikmati pesonanya, pengunjung tak perlu menggunakan perahu. Cukup berjalan kaki menyusuri sungai tersebut.</p><p>Sungai ini memiliki kedalaman beragam sehingga aktivitas rekreasi di tempat ini tak melulu susur sungai, tapi juga bisa berenang atau sekadar berendam. Salah seorang pengelola green canyon mini Socokangsi, Andi Afiyanto, menjelaskan pemerintah desa setempat secara bertahap menggelontorkan dana guna mempercantik green canyon mini itu.</p><p><img src="http://img.bisnis.com/uploads/images/green-canyon-mini-klaten.jpg" alt="" /></p><p>Mulai dari penataan taman, pemasangan tangga turun sungai, pembuatan musala, kamar mandi, dan sejumlah fasilitas lain, semua dibiayai <a title="Pengembangan Desa Wisata di Klaten Terkendala Jalan Rusak, Ini Penyebabnya" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180329/493/907023/pengembangan-desa-wisata-di-klaten-terkendala-jalan-rusak-ini-penyebabnya">pemerintah desa </a>&nbsp;setempat. &ldquo;Sampai saat ini kami belum menarik biaya tiket masuk karena kami akui fasilitasnya masih kurang layak. Pengunjung yang datang bisa membayar dana sukarela. Tidak membayar pun tidak masalah,&rdquo; kata dia saat ditemui Solopos.com belum lama ini.</p><p>Memasuki lokasi green canyon mini itu, di bagian pertama tepat di samping musala ada aliran Sungai Gethuk tempat pengunjung bisa berenang, melompat, dan sesekali menyelam. Kedalaman di bagian pertama ini hanya sekitar 50 sentimeter.</p><p>Pengelola menyebut area ini untuk anak-anak. Karung-karung yang ditumpuk tepat di mulut air terjun menandai batas antara area anak-anak dan area lompatan. Siapa pun yang cukup berani bisa melompat dari mulut air terjun ke bawah. Kedalamannya yang mencapai empat meter membuat lompatan itu tak berbahaya karena tak akan menyentuh dasar.</p><p>Terlebih, ketinggian air terjun juga hanya sekitar empat meter. Dari lokasi pertama itu pengunjung bisa menapaki bebatuan kali dan ngarai hijau Sungai Gethuk menyajikan pemandangan yang menyejukkan mata. Guratan-guratan halus sepanjang tebing sungai setinggi 5 meter itu seperti menyimpan kisah.</p><p>Guratan-guratan itu menggambarkan ukiran aliran air sungai di bebatuannya. Atraksi alam nan hijau itu mengapit sepanjang sungai. Kelokannya menghadirkan sudut-sudut unik yang kian menantang untuk dijelajahi.</p><p>&ldquo;Kalau mau ditelusuri, sepanjang Sungai Gethuk punya tebing serupa. Tapi, untuk sementara kita menjelajahi sepanjang 1 kilometer sampai di akar seribu,&rdquo; ucap Andi.</p><p>Akar seribu yang bisa disusuri sejauh 500 meter berjalan kaki dari pintu masuk green canyon adalah bagian tersendiri. Pohon beringin besar yang akarnya menempel di tebing sungai mendasari penamaan area itu. Akarnya yang berjajar dan memanjang menjadikannya latar belakang foto yang menarik.</p><p>Melintang di atas akar seribu adalah jembatan kuno mirip rel kereta api. Jembatan ini hanya bisa dilintasi lima orang di waktu bersamaan. Konon, sejarah jembatan tersebut masih terkait dengan pabrik kopi di Desa Socokangsi, berpuluh dekade silam.</p><p>&ldquo;Jembatan ini dulu memanjang sampai pipa belanda alias cerobong asap yang lokasinya sepelembaran batu dari green canyon,&rdquo; ungkap Andi.</p><p>Bagian terakhir adalah gua kuno yang konon merupakan tempat persembunyian di masa kolonial. Gua ini dapat dimasuki dengan cara merangkak lantaran pintu masuknya hanya setinggi 50 sentimeter.</p><p>&ldquo;Sebenarnya masih ada satu objek lain, yakni Makam Kusumo Dirjo alias Eyang Buto Ijo bagi pengunjung yang ingin <a title="Joglo Wisata di Ngawen Klaten Tak Rampung, Ini Penyebabnya" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180328/493/906727/joglo-wisata-di-ngawen-klaten-tak-rampung-ini-penyebabnya">berwisata </a>&nbsp;religi,&rdquo; kata Andi.</p><p>Kusumo Dirjo adalah salah satu panglima perang Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di zamannya.</p><p>Berminat menikmati Green Canyon Socokangsi? Dari mana saja arahkan kendaraan menuju Jalan Raya Jatinom kemudian menuju lapangan Desa Socokangsi. Dari situ ikuti jalan desa ke arah utara sampai jembatan perbatasan Desa Socokangsi dan Desa Kayumas. Dari situ, papan petunjuk sudah jelas terlihat.</p><p><br /><br /></p>

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya