SOLOPOS.COM - Peserta seleksi perangkat desa dari sejumlah desa di Kecamatan Teras, Boyolali, berdialog dengan camat setempat, Jumat (10/11/2017). (Akhmad Ludiyanto/JIBI/Solopos)

Para peserta seleksi penerimaan perangkat desa mendatangi Kecamatan Teras, Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Peserta seleksi penerimaan perangkat desa (perdes) yang tidak lolos tes dari sejumlah desa mendatangi Kantor Kecamatan Teras, Boyolali. Mereka menuntut panitia seleksi buka-bukaan soal nilai tes peserta dan sejumlah kejanggalan lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Para peserta seleksi perdes tersebut mendatangi kantor kecamatan setempat sekitar pukul 10.30 WIB dan ditemui Camat Teras, Dadar Hawantoro. Kepada Dadar, mereka mengadukan proses seleksi perdes di wilayah masing-masing yang sarat dengan kejanggalan. (Baca: Seleksi Perangkat Desa Boyolali Amburadul dan Penuh Kejanggalan, Ada Apa Gerangan?)

Saryono, 40, peserta tes seleksi perdes asal Desa Doplang, mengatakan nilai yang didapatkannya jauh dari perkiraan. Misalnya untuk mata ujian Pengetahuan Pemerintahan Desa dia nilai sangat tidak masuk akal. Padahal, dia merasa mata ujian tersebut merupakan bagian dari kegiatannya sehari-hari di desanya.

“Sejak 2009 saya mendampingi berbagai kegiatan desa. Ujian itu nglothok [hafal di luar kepala] lah. Lha kok tahu-tahu saya mendapat nilai 46 [dari skala 100],” ujarnya kepada wartawan di sela-sela acara.

Dia mengakui nilai tersebut bisa saja merupakan hasil kemampuannya. Namun, sebaliknya, ada kesalahan atau campur tangan pihak lain yang sengaja membuatnya tidak lolos. (Baca: Hasil Tes Seleksi Perangkat Desa Boyolali Bisa Digugat ke PTUN)

“Tolong kami dipertemukan dengan panitia karena kami ingin melihat hasil yang sesungguhnya seperti apa. Kalau hasil ujiannnya memang saya bodoh, saya akan legawa,” kata pelamar jabatan sekretaris desa (sekdes) ini.

Peserta lain dari Desa Salakan, Arif Mustofa, mengatakan hal senada dengan Saryono. Sebagai petugas Siskeudes selama dua tahun di desanya, dia merasa tahu banyak mengenai mengenai pemerintahan. Namun, nyatanya dia tidak dolos dan memperoleh nilai 59 untuk salah mata ujian Pengetahuan Pemerintahan Desa.

Menurutnya, selain janggal, nilai 59 dirasa tidak masuk akal. Dia menjelaskan dengan poin masing-masing dua angka untuk soal yang terjawab benar, semestinya nilai yang diperoleh adalah genap.

“Setiap soal berbobot dua poin. Jadi kalau saya salah satu, tiga atau lima, nilainya pasti genap. Nah ini saya dapat 59, apakah ini tidak menunjukkan kejanggalan? Selain itu, saya merasa bisa mengerjalan soal dengan baik,” kata pelamar posisi Kaur Keuangan ini.

Di tempat yang sama, Siti Colichatun, 40, peserta seleksi asal Desa Mojolegi, mengatakan kejanggalan seleksi perdes ini terjadi sejak awal. Dia mengungkapkan soal-soal yang diberikan kepada peserta tidak tersegel.

Selain itu ada beberapa soal yang tidak cocok dengan jawabannya. “Selain itu, kertas lembar jawaban komputer [LJK] tidak sesuai standar,” ujarnya. (Baca: Hasil Seleksi Perangkat Desa Bikin Warga Kecewa dan Hilang Kepercayaan)

Terkait persoalan-persoalan tersebut, mereka menuntut transparansi dalam penilaian. Mereka merasa perlu menemui Sri Puji Muryani selaku ketua tim penguji Kecamatan Teras.

Mereka meminta Dadar mempertemukan peserta dengan Puji yang juga kepala UPT Pendidikan Dasar dan Luar Sekolah (Dikdas LS) Teras tersebut. Dadar mengatakan hanya bisa memfasilitasi keinginan mereka untuk bertemu panitia seleksi.

“Mereka kan minta difasilitasi, makanya kami fasilitasi. Setelah kami hubungi Bu Puji [Sri Puji Muryani] ini tidak bisa. Tadi menang katanya rapat di Boyolali,” ujarnya.

Sementara itu, para peserta berkeras menunggu Puji. Hingga pukul 16.00 WIB, mereka masih bertahan di kantor Kecamatan Teras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya