SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Dunia penerbangan kembali dikejutkan oleh tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, Minggu (10/3/2019) pagi. Apalagi, kecelakaan tersebut dialami oleh pesawat yang mengangkut 149 penumpang.

Kebetulan, pesawat nahas tersebut merupakan jenis 737 MAX, jenis pesawat yang beberapa waktu lalu sempat menjadi polemik pascajatuhnya pesawat Lion Air JT-610 di perairan Tanjung Karawang, Senin (30/10/2018) pagi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kecelakaan di Karawang itu adalah kecelakaan pertama yang dialami seri pesawat Boeing 737 MAX. Dan kini, pesawat sejenis milik Ethiopian Airlines mengalami nasib serupa saat sedang terbang menuju Nairobi, Kenya.

Pesawat dengan nomor penerbangan ET 302 itu jatuh di dekat Kota Bishoftu, yang terletak sekitar 62 kilometer tenggara Ibu Kota Ethiopia Addis Ababa, kata perusahaan penerbangan tersebut.

Ethiopian Airlines memastikan bahwa pesawat nahas itu berjenis Boeing 737-800 MAX. Setelah kecelakaan pesawat Lion Air PK-LQP Oktober 2019 lalu, muncul dugaan terkait Boeing 737 MAX, salah satunya adalah potensi kesalahan pada sistem monitoring penerbangan.

Rabu (7/11/2018) lalu, Bloomberg memberitakan bahwa Boeing akan mengirimkan buletin peringatan keselamatan kepada maskapai pengguna Boeing 737 MAX. Bloomberg mengutip informasi dari seorang sumber menyebutkan peringatan itu terkait kesalahan sistem monitoring penerbangan pada 737 MAX, sehingga pilot akan diminta mengikuti prosedur mereka untuk menangani masalah tersebut.

Masalah itu bisa membuat pesawat secara otomatis menukik jika sistem aerodinamika mendeteksi adanya kehilangan daya angkat (stall). Salah satu cara Boeing 737 Max-8 menentukan pesawat dalam kondisi stall atau tidak adalah dengan pengukuran yang dikenal sebagai angle of attack atau sudut serang. Sudut serang ditentukan melalui perhitungan angin yang melintas di atas sayap.

Jauh sebelum tragedi itu, jenis pesawat yang mengudara sejak 2016 ini pernah di-grounded karena masalah mesin. Dilansir Seattletimes.com, 10 Mei 2017 lalu, muncul masalah hanya beberapa hari sebelum Boeing mengirimkan 737 MAX untuk kali pertama.

Saat itu, diduga ada masalah pada piringan logam dalam mesin LEAP yang berpotensi berujung keretakan. Mesin ini dibuat oleh CFM Internasional, pabrikan pembuat mesin jet yang berbasis di Ohio, AS.

Meski mengaku tidak menemukan masalah apapun selama uji terbang pesawat tersebut sejak Januari 2016, Boeing memutuskan untuk menahan seluruh 737 MAX untuk tidak terbang.

Masalah kedua dilaporkan muncul pada pesawat Boeing 737 Max milik Jet Airways India. Dilansir livemint.com 8 Juli 2018 lalu, pesawat itu di-grounded selama 36 jam setelah mendarat dari penerbangan rute Tiruchirappalli-Mumbai pada Jumat 6 Juli 2018 dini hari.

Pilot pesawat 737 Max yang menjalani rute Jet Airways nomor penerbangan 9W 311 dari Tiruchirappalli ke Mumbai itu melaporkan masalah mesin setelah mendarat di Mumbai. Rupanya ini adalah masalah kedua yang dialami pesawat Boeing 737 MAX milik Jet Airways. Pada 3 Juli, mesin kiri pesawat itu bermasalah setelah menabrak burung dalam penerbangan dari Mumbai ke Chennai dan membuat pesawat itu harus di-grounded hampir sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya