SOLOPOS.COM - Gubernur DIY, Sri Sultan HB X (kiri) didampingi istri, GKR Hemas serta Pakualam IX (kanan) menggelar open house di Kepatihan, Jogja, Senin (4/8/2014). Open house yang dihadiri ribuan warga tersebut selain menjalin silahturahmi juga untuk mendekatkan pemimpin dengan rakyatnya. (JIBI/Harian Jogja/ Gigih M. Hanafi)

Harianjogja.com, JOGJA- Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Halal Bi Halal bersama pejabat, tokoh masyarakat Senin (11/8/2014) malam menyerukan agar momen Idul Fitri digunakan sebagai langkah untuk melakukan rekonsiliasi nasional terkait dengan hasil Pilpres.

“Saya berharap, yang menang bisa menghargai yang kalah, dan yang kalah bersedia menghormati yang menang,” ujarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu menurutnya akan menunjukan bahwa Indonesia dapat menjadi percontohan proses demokrasi yang bermartabat. “Pemilu bukanlah suatu akhir. Adanya kemungkinkan ketidakpuasan paska Pemilu yang berimbas pada pertaruhan harga diri, hendaknya bisa saling membuka pintu maaf.”

Menurutnya, memaafkan sejatinya pekerjaan yang lebih mudah dari pada membawa semua beban. Memberi maaf ibarat membukakan pintu kebajikan diri menuju kejayaan bangsa. Sultan mengatakan, bukankan misi kedua pasangan kandidat memang untuk memberi.

“Memberi tidak mesti menjadi presiden, masih banyak lahan pengabdian bagi rakyat,”katanya.

Ketimbang bersteru, lanjut Sultan, lebih baik seluruh elemen bangsa bersatu pada membangun jembatan emas menuju Indonesia yang lebih baik, dimana setiap warga harus memiliki kesadaran, semangat dan tekad nyawiji. Dengan demikian, sportivinas dan nilai- nilai kejujuran tidak sekadar retorika.

“Rekonsiliasi tidak menutup aspirasi politik dari pihak lain, juga bukan menafikan kehadiran dan peran lawan politik,” ujarnya.

Karenanya program baik yang pro rakyat hendaknya dengan lapang dada diakomodasi.

Namun syaratnya harus ada keikhlasan dan kebesaran hati seorang negarawan yang dalam filosofi jawa disebut legawa. Sebab tanpa legawa, akan menjadi beban politik nasional ke depan.

Legawa itu, katanya, tidak hanya harus dimiliki yang kalah namun legawa juga dimiliki oleh pihak yang menang dengan kompromi mengakui lawan sebagai mitra.

“Legawa intinya kompromi antara egosentrisme pribadi dan golongan.”

Bentuk dukungan pada hasil Pilpres 2014 oleh KPU, Sultan juga telah mengimbaunya untuk menjadikannya sebagai tema dalam merayakan hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 69 RI melalui surat edaran gubernur Nomor 003/3865 tertanggal 23 Juli 2014 .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya