SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, TOKYO — Perusahaan kosmetik besar Diagaku Honyaku Center (DHC) Jepang menghadapi seruan boikot online pada Rabu (16/12/2020). Ini terjadi setelah CEO-nya menggunakan penghinaan rasial untuk orang Korea. CEO tersebut membual bahwa perusahaannya adalah “murni Jepang”.

Sadis, Pria Ini Perkosa dan Mutilasi Orang yang Pengin Bunuh Diri

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Melansir The Star, Jumat (18/12/2020) Yoshiaki Yoshida, CEO dari DHC membuat komentar dalam sebuah pesan di situs web perusahaan di mana ia menyerang saingannya Suntory, yaitu produsen minuman utama yang bersaing dengan DHC di sektor suplemen kesehatan.

Dalam tulisannya Yoshiaki mengatakan untuk beberapa alasan, model yang digunakan untuk iklan Suntory hampir semuanya adalah orang Korea-Jepang. “Tampaknya mereka diejek di Internet sebagai Chontory,” tulis CEO DHC tersebut.

Chon adalah istilah yang merendahkan bagi orang Korea di Jepang, yang secara luas dianggap sebagai kata diskriminatif. Dalam tulisannya Yoshida mengatakan bahwa karyawan HDC semuanya murni Jepang.

Seorang Ibu Pasang Iklan di Koran Umumkan Coret Anak Kandung dari KK

Diskrimasi terhadap orang Korea di Jepang sendiri telah berlangsung selama beberapa dekade. Dua negara ini memiliki latar belakang hubungan yang tegang, yang berkaitan dengan sejarah masa perang.

Menurut laporan, unggahan tersebut diterbitkan bulan lalu, tetapi baru saja menarik perhatian publik pekan ini. Unggahan tersebut menyebabkan kemarahan di antara pengguna Twitter Jepang, yang mulai menggunakan tagar “Saya tidak akan lagi membeli produk DHC yang diskriminatif”.

Semenatra itu perusahaan DHC yang beroperasi di Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, dan Inggris, sampai saat ini belum menanggapi permintaan komentar.

Gagal Bobol Rumah, Pria Ini Meninggal Setelah Lehernya Terjepit Jendela

Tak Percaya

Salah satu netizen Twitter mengatakan bahwa dirinya tidak bisa lagi mempercayai produk perusahaan tersebut. Netizen itu bahkan juga dengan lantang dirinya menentang diskriminasi. “Apakah mereka tidak dapat melakukan bisnis tanpa mendiskriminasi minoritas, konsumen, dan perusahaan lain? Saya akan menolak perusahaan yang begitu dangkal," tulis netizen lain.

Jepang memiliki undang-undang yang melarang ujaran kebencian, tetapi seorang pejabat kementrian kehakiman mengatakan pihaknya hanya akan melakukan intervensi jika pengaduan resmi diajukan.

Satu-Satunya di Dunia, Youtuber Review HP Selundupan Tokyo

Selama emerintaha colonial Tokyo 1910-1945 di semenanjung korea, jutaan orang Korea pindah ke Jepang baik secara sukarela atau karena bertentanagn dengan keinginan mereka. Namun ketika Jepang menyerah, ratusan ribu etnis Korea tetap tinggal dan banyak dari mereka menderita diskriminasi dan kesulitan.

Reaksi media sosial terhadap DHC muncul setelah iklan Nike baru-baru ini menyoroti rasisme dan perundungan di Jepang. Iklan tersebut diketahui juga menyoroti seorang anak yang mengenakan pakaian tradisional Korea, yang menyebabkan kehebohan di dunia maya.

Meskipun iklan tersebut telah disukai lebih dari 91.000 kali di kanal Youtube Nike Jepang. Tapi di saat yang sama iklan tersebut juga tidak disukai lebih dari 69.000 views. Beberapa netizen menuduh Nike melakukan sentimen anti Jepang. Bahkan netizen juga menyerukan boikot terhadap produknya.

Hoax, Foto Kembaran Angelina Jolie Zombie Ternyata Hasil Make Up & Photoshop

Jepang tetap menjadi negara yang cukup homogen. Meskipun anak-anak dari ras campuran sering kali menghadapi prasangka, sikap di antara generasi muda sudah berubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya