SOLOPOS.COM - Hutan Papua. (detik.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Pada Jumat (13/11/2020), media sosial Twitter diramaikan dengan warganet yang membicarakan hutan Papua yang diduga dibakar. Pelakunya diduga adalah perusahaan asal Korea Selatan. Tak ayal, tagar #SavePapua dan #SaveHutanPapua pun menggema.

Luas hutan yang dibakar disebut-sebut mencapai 57.000 hektare atau nyaris seluas ibu kota Korsel, Seoul.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adalah media BBC Indonesia yang kali pertama mengangkat isu pembakaran hutan "secara sengaja" ini. Dalam laporan investigasinya, mereka menyampaikan bahwa perusahaan Korea Selatan, Korindo Group, dengan sengaja membakar hutan Papua. Pembukaan hutan dilakukan untuk mengubah lahannya menjadi perkebunan sawit. Kasus tersebut terjadi di Boven Digoel dan Merauke.

Asale Hutan Lindung di Sukoharjo Jadi Alun-alun

Temuan "kesengajaan" pembakaran hutan itu diperoleh dari riset yang dilakukan Forensic Architecture yang berbasis di Goldsmith University, Inggris, dengan Greenpeace. Dari hasil penelitian, pembakaran tersebut telah dilakukan mulai tahun 2011-2016.

Forensic Architecture menerapkan analisis spasial dan arsitektural serta teknik pemodelan dan penelitian canggih untuk menyelidiki kasus itu. Mereka juga membandingkan citra satelit dengan data titik api dari satelit NASA di area sama pada periode sama.

"Kami menemukan bahwa pola, arah, dan kecepatan pergerakan api sangat cocok dengan pola, kecepatan, arah pembukaan lahan. Ini menunjukkan bahwa kebakaran dilakukan dengan sengaja," ujar peneliti senior Forensic Architecture, Samaneh Moafi, sebagaimana diwartakan BBC Indonesia.

Begini Cara Perhutani Upayakan Wisata Alam di Karanganyar Aman Dikunjungi

"Jika kebakaran terjadi dari luar sisi konsesi atau karena kondisi cuaca, maka api akan bergerak dengan arah yang berbeda. Mereka akan tersebar," kata Moafi.

Bantahan Korindo

Namun Korindo mengatakan bahwa pembukaan lahan itu dilakukan dengan alat berat. Bahwa terjadi kebakaran, Korindo menyebut hal tersebut dipicu warga yang berburu tikus tanah yang bersembunyi di bawah tumpukan kayu.

Korindo bahkan menyebut kegiatan itu, "menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi operasional kami."

Begini Cara Perhutani Upayakan Wisata Alam di Karanganyar Aman Dikunjungi

Sementara itu, Kepala Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Kiki Taufik, menjelaskan bahwa pembukaan lahan menggunakan api sebenarnya tidak dibenarkan dalam hukum. Praktik ini ilegal sesuai UU Perkebunan dan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).

Hutan Papua sendiri memiliki fungsi besar bagi masyarakat Papua. Hutan menjadi tempat mereka bernaung secara turun temurun.

Selain itu Hutan Papua juga merupakan salah satu hutan hujan yang tersisa di dunia. Di sana, lebih dari 60 persen keanekaragaman hayati Indonesia hidup.

Lukai Masyarakat Papua

Menanggapi kerusakan hutan ini, salah seorang warga Suku Malind di pedalaman Merauke, Elisabeth Ndiwaen mengungkapkan, "kami tidak pernah bongkar hutan tapi orang dari luar bongkar itu. Buat saya itu luka."

Pendaki Panjat Pohon Gara-Gara Dikejar Babi Hutan, Netizen Ngakak Online

Kemudian warga di Boven Digoel, Petrus Kinggo, mengatakan bahwa ia kini berjuang mati-matian mempertahankan hutan adatnya.

"Hutan ini salah satu sumber kehidupan saya, terutama generasi saya. Kalau saya lepas kepada pihak siapa pun, termasuk perusahaan atau orang, siapa pun, berarti tanah ini beralih. Generasi setelah saya, besok mereka hidup di mana?" tuturnya.

"Jadi itu yang saya pertahankan, bahwa tanah ini tidak bisa saya kasih ke orang," kata Petrus lagi.



Di sisi lain, akun Twitter Korindo Group juga mengunggah video yang seolah mengklarifikasi laporan BBC itu.

Dalam keterangannya, mereka menulis "kami berkomitmen bahwa perusahaan menerapkan sistem Zero Burning, untuk mewujudkan perusahaan sawit yang lestari dan berwawasan lingkungan." Namun saat dicek pagi ini, tweet itu sudah dihapus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya