SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (Burhan Aris Nugraha/JIBI/Solopos)

Perumahan Jogja belum dapat pulih seperti semula.

Harianjogja.com, JOGJA--Kondisi perekonomian yang belum membaik dan masih lemahnya daya beli masyarakat membuat DpD Real Estate Indonesia (REI) DIY pesimistis bisa memenuhi target untuk memenuhi supai rumah sebanyak 2.200 hunian pada 2016. Target tersebut diperkirakan akan terkoreksi sekitar 55%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua DPD REI DIY Nur Andi Wijayanto mengatakan, kondisi bismis properti secara nasional dipastikan sedang melambat saat ini, begitu pula di DIY. “Dengan kondisi ini clear [target suplai hunian] tidak tercapai karena sampai akhir Juni 2016 [semester I] suplai rumah kami di bawah 500 unit,” ujar dia kepada Harianjogja.com ketika ditemui do kediamannya, Timoho, Jogja, Senin (19/9/2016).

Andi mengatakan, jika sampai pertengahan tahun belum capaian suplai masih di bawah 500 unit, maka tarket untuk menyuplai 2.200 hunian menjadi sulit. Sampai akhir 2016 diperkirakan suplai hunian oleh REI tidak akan mencapai separuh dari target. “Kalau sampai semester I, kurang 500 hunian, sampai akhir 2016, mungkin maksimal 1.000 unit hunian,” kata dia

Ia menyebutkan, para anggota REI sudah memiliki lahan untuk membangun 2.200 unit rumah. Namun, permintaan dari konsumen masih sangat sedikit karena daya beli mereka belum kembali pulih. DPD REI DIY saat ini masih mengamati perkembangan bisnis properti. “Ibarat demam berdarah, kami sedang menunggu apakah saat ini masa kritisnya atau tahun 2017?” kata dia.

Ia berharap kondisi perekonomian global segera stabil sehingga pasar komoditas kembai bergairah. Perekonomian Indonesia disokong oleh ekspor komoditas yang saat ini sedang terpuruk. Sejalan dengan itu, para konsumen di bisnis properti sebagian besar memiliki latar belakang bisnis di bidang komoditas. “Kita harus menguatkan pasar domestik kita untuk bisa bertahan jika kondisi global masih belum stabil,” kata dia.

Andi mengungkapkan, untuk perumahan dengan harga Rp500 juta ke atas mengalami perlambatan. Namun, hunian dengan harga Rp200 juta ke bawah masih cukup bergairah. DPD REI DIY tengah melihat peluang di pasar tersebut untuk direalisasikan 2017.

Ia menjelaskan, secara nasional pertumbuhan kredit perbankan yang saat ini masih di kisaran 8%. Sektor industri perbankan khususnya di pertumbuhan kredit diharapkan bisa tumbuh 12% hingga 14% pada 2016. Tapi, dengan situasi perlambatan ekonomi yang berefek pada stagnansi pasar properti, sepertinya BI akan merevisi target pertumbuhan kredit di kisaran 10% hingga 12% tahun ini.

Sementara itu, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY menunjukkan pertumbuhan harga properti di DIY pada triwulan II 2016 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Deputi Kepala KPw BI DIY Hilman Tisnawan mengatakan, hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia mengindikasikan harga properti melambat.

Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan II 2016 yang melambat baik secara triwulanan maupun secara tahunan. IHPR tercatat tumbuh sebesar 0,18%quarter to quarter (qtq) dan 1,60% year on year (yoy). Hal itu menunukkan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan harga triwulan sebelumnya yang mencapai 0,28% qtq dan 2,03% yoy.

“Berdasarkan tipe rumah. Kenaikan harga rumah terendah terjadi pada rumah tipe besar yaitu 1,49 persen, sedangkan rumah tipe menengah mengalami kenaikan harga paling tinggi yaitu 1,69 persen,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya