SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SINGAPURA — Perdana Menteri Lee Hsien Loong mendorong warganya untuk memiliki lebih banyak anak adalah tantangan terbesar yang dihadapi negara pulau jika ingin tetap menjadi negara raksasa ekonomi.

Pemerintah belum berhasil menyakinkan warga bahwa “ini akan menjadi rumah pensiun dan bukan keindahan kota” jika populasi unsustained.  “Kita akan berurusan dengan itu selama 10 tahun ke depan, dan lebih lama,” katanya tentang warisan tingkat kelahiran jatuh, dalam wawancara di kantornya di Singapura pada Senin (26/11/2012) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lee, yang memasuki tahun kesembilan sebagai perdana menteri, berencana meluncurkan paket kebijakan pada Januari 2013 yang bertujuan meningkatkan tingkat kesuburan dari 1,2 per wanita. Ini dilakukan dengan mempertaruhkan prestasi ekonomi yang telah diubah perdagangan bebas, pembinaan yang lebih tinggi soal nilai manufaktur dan memelihara bisnis dan layanan seperti perjudian dan perawatan kesehatan.

“Anda harus mampu untuk melembagakan apa yang telah kita capai,” kata Lee tentang tugas terpentingnya bagi negara setelah pertumbuhan di bawah pimpinan mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew, ayahnya.

Sementara negara-negara maju dari Jerman ke Jepang telah berjuang keluar dari jatuhnya tingkat kelahiran, untuk ukuran Singapura -5,3 juta orang di sebuah pulau kecil dibandingkan New York City – itu berarti tidak akan memiliki kekuatan permintaan domestik yang lebih besar guna merangsang ekonomi dan mempertahankan pertumbuhan.

Ekspor nonmigas dalam negeri setara dengan satu setengah kali dari produk domestik bruto negara itu.

“Ini adalah masalah di banyak negara,” kata Lee. “Tak satu pun dari mereka belu memnemukan solusi yang sangat memuaskan karena trade-off-nya sulit.”

Lebih dari empat dekade setelah kemerdekaan, wanita negara yang berada di Asia Tenggara itu yang hanya mengejar kemajuan ekonomi dan hampir tidak menghasilkan anak yang cukup untuk mengganti salah satu orangtua.

Para pembuat kebijakan telah mencoba dan gagal untuk membalikkan tren menurun sejak 1987, dan handout sebanyak S$18,000 ($14,700) per anak, memperpanjang cuti hamil dan keringanan pajak telah dilakukan untuk mendorong Singapura guna memiliki lebih banyak bayi.

Pemerintah akan membahas kebijakan populasi di Parlemen pada Januari, kata Lee dalam satu wawancara.

Kebijakan yang dipertimbangkan mencakup memprioritaskan perumahan untuk pasangan muda, ayah atau cuti bersama, biaya medis anak, baik prasekolah dan tunjangan kas yang lebih baik untuk memiliki anak, kata Lee pada Agustus.

Usia rata-rata Singapura diupayakan untuk meningkat menjadi 43,1 pada 2020 dari 37,6 pada 2010, demikian perkiraan analis Bank of America Corp dalam laporan April, sedangkan di Filipina 23,9, Indonesia 31 dan Malaysia 28,4 pada akhir dekade ini.

“Ini akan sulit, dan kita hanya akan berupaya melakukan peningkatan marginal dalam angka kelahiran,” kata Chua Hak Bin, ekonom pada Bank of America yang telah mempelajari dampak imigrasi Singapura dan kebijakan pekerja asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya