SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

(detik.com)

Solo (Solopos.com)–Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2012 berpotensi lebih rendah dibanding tahun 2011 mengikuti perlambatan laju ekonomi dunia akibat krisis utang negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, DR Perry Warjiyo, menyampaikan jika tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 6,6% hingga 6,7%, tahun depan bisa lebih rendah dari angka tersebut atau maksimal 6,5%.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara, lanjut dia, jika tahun ini pertumbuhan ekonomi dunia turun ke angka 4,2%, tahun 2012 juga diprediksi turun ke 4%. “Tahun depan ekonomi kita masih ada harapan untuk tumbuh, tapi memang lebih berat,” kata Perry, di sela-sela Seminar Respon Kebijakan Moneter di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global, di Novotel, Senin (12/9/2011).

Ia menjelaskan ada beberapa faktor resiko yang menjadi akibat dari ketidakpastian ekonomi global di tahun 2011. Di antaranya, ekses likuiditas domestik meningkat karena capital inflow dan ekspansi fiskal, juga stimulus fiskal menurun dan penyerapannya tidak optimal.

“Setelah pertumbuhan ekonomi turun, mungkin inflasi juga turun. Inflasi 2012 akan tertekan hanya kalau ada kenaikan tarif listrik.”

Dari sektor eksternal, kenaikan impor akan lebih cepat daripada ekspor. Triwulan tahun ini, lanjut Perry, sudah terlihat adanya defisit perdagangan tapi untungnya Indonesia masih memiliki sumber dana yang kuat. Dari sektor moneter dan keuangan, ada potensi buble di beberapa sektor kredit konsumsi seperti properti dan otomotif.

“Semua potensi dampak tersebut, sudah mulai kami antisipasi. Salah satunya dengan penguatan kerangka stabilitas moneter dan keuangan melalui Protokol Manajemen Krisis. Terkait potensi penurunan kinerja ekonomi, BI akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter untuk memitigasi potensi penurunan tersebut dengan sasaran utama pencapaian inflasi,” kata Perry.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 8 September lalu juga memutuskan BI Rate ditahan pada level 6,75%.

(haw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya