SOLOPOS.COM - Berwisata dengan Becak (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)

Pertumbuhan ekonomi di Jogja diperkuat sektor pariwisata.

Harianjogja.com, SLEMAN — Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin menarik untuk dikunjungi sebagai tujuan wisata. Nilai ekonomi dari kunjungan wisatawan asing pun mencapai Rp360 triliun dalam satu tahun.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta mengatakan, kajian dari neraca satelit pariwisata daerah menunjukkan nilai ekonomi dari kunjungan wisatawan mancanegara di DIY cukup tinggi mencapai Rp360 triliun.

Ekspedisi Mudik 2024

“Nilai tersebut terdiri dari dampak langsung, tidak langsung, dan ikutan,” kata dia ketika ditemui di Pendopo Agung Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Sleman, Selasa (27/9/2016).

Ia menjelaskan, dampak langsung yang didapat misalnya pemasukan ke hotel tempat mereka tinggal, restoran, biro perjalanan, hingga moda transportasi seperti pesawat. Dampak tak langsung yang dimaksud misalnya penggunaan produk pertanian dan peternakan di DIY untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di DIY, sedangkan dampak ikutan adalah munculnya usaha mikro kecil menengah seperti kerajinan, fashion yang terpicu oleh tingginya kunjungan.
Target Belanja Wisman Rp172 Triliun

Kementerian Pariwisata RI menargetkan jumlah belanja wisatawan mancanegara sebesar Rp172 triliun dan belanja wisatawan nusantara sebesar Rp223 triliun pada 2016.

“Kalau data secara nasional itu yang dilihat dampak langsung yaitu terhadap pemasukan devisa. Kalau daerah lebih ke multiplier effect,” kata dia.

Untuk mewujudkan target tersebut tentu tidak mudah dan membutuhkan kepedulian serta partisipasi dari berbagai pihak. DIY terkenal dengan tujuan wisata baik alam, kesenian, dan kebudayaan. Namun, Dinas Pariwisata DIY berharap, kehadiran pusat perbelanjaan juga bisa menjadi salah satu tujuan wisata DIY. Mal akan menjadi destinasi untuk wisata perkotaan. Di DIY ada tujuh mal yang sudah masuk Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DIY.

“Orang yang pergi ke mal, ada yang ingin belanja atau sekedar jalan-jalan. Mal juga harus bisa menyajikan hiburan serta mengangkat potensi lokal misalnya mengangkat kekayaan kuliner di DIY,” ujar dia.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DIY Djoko Catur S mengatakan, para pengelola mal harus bekerja sama untuk meratakan kunjungan di setiap mal. Selain itu, pengelola mal jangan hanya menggarap pasar di DIY saja tetapi juga melebarkan sayap ke luar DIY misalnya di wilayah Jawa Tengah bagian selatan.

Ia mengakui, pertumbuhan jumlah mal di DIY jauh lebih cepat dibandingkan di wilayah Jawa Tengah meskipun wilayah DIY lebih sempit. DIY dinilai memiliki daya tarik sendiri karena pada hari-hari aktif, mal dipenuhi dengan mahasiswa dan ketika musim liburan, meskipun banyak mahasiswa yang mudik, mal di DIY akan diisi wisatawan.

“Marketnya berubah dan itu membuat tingkat kunjungan stabil,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya