SOLOPOS.COM - Tangkapan layar konferensi pers Petumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2021 secara virtual, Kamis (5/8/2021). (Farida Trisnaningtyas/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 mencapai 7,07%. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year).

Ini merupakan rekor tertinggi sejak kuartal IV-2020. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pun lebih baik dari Jepang (-1,6%) dan Korea Selatan (5,96%).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartato, mengatakan prospek perekonomian pada kuartal III-2021 akan sangat dipengaruhi oleh dinamika pandemi virus Covid-19. Jika pandemi belum terkendali, maka aktivitas ekonomi akan terpengaruh.

“Pada Mei dan Juni perekonomian Indonesia 7,07% secara yoy yang tumbuh tinggi. Ini pertumbuhan tinggi dibandingkan negara tetanga lainnya seperti Vietnam hanya 6.6%, Korea Selatan 5,96 dan Jepang minus 1,6%,” kata dia, dalam konferensi pers Petumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2021 secara virtual, Kamis (5/8/2021).

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Bos JNE M. Feriadi Soeprapto Dinobatkan Sebagai Best CEO Award 2021

Airlangga menjelaskan kontribusi PDB di Pulau Jawa terhadap ekonomi nasional sebesar 57,92% atau tumbuh 7,88%. Kontribusi terbesar berikutnya disumbang oleh Pulau Sumatera sebesar 21,73% atau tumbuh 5,27%. Namun demikian, pertumbuhan tertinggi terjadi di Maluku dan Papua, yakni mencapai 8,75%.

Selain itu, saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 3,17%, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi 2,3%, ekspor setelah dikurangi impor 0,98%, konsumsi pemerintah 0,61%, dan sisanya 0,01% dari konsumsi lembaga non-profit pendukung rumah tangga.

Menurutnya, prospek perekonomian ke depan sangat terpengaruh dengan kasus Covid-19. Pada kuartal III-2021, kasus aktif Covid-19 naik di atas 500.000. Jika kasus aktif, kasus positif, dan tingkat kasus positif terhadap jumlah tes (positivity rate) masih tinggi, lalu mobilitas masyarakat dibatasi, maka tentunya akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menekan angka kasus Covid-19 aktif kisaran 200.000 pada kuartal IV-2021.

“Kita lihat, Agustus ini kita masih menerapkan PPKM untuk menekan mobilitas. Ini tergantung kepada kedisiplinan masyarakat. Pemerintah akan mendorong vaksinasi 73 juta dosis pada Agustus dengan meningkatkan kapasitas rumah sakit, obat-obatan, dan tenaga kesehatan,” papar dia.

Baca Juga: Belum Beroperasi, RS Darurat Covid-19 Asrama Haji Donohudan Tunggu Alat-alat Kesehatan

Sejumlah Sektor Masih Rentan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menambahkan ekonomi Indonesia diperkirakan masih positif pada kuartal III-2021, tetapi lajunya melambat. Pihaknya memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal selanjutnya berada pada range 4% – 5,7%.

“Momentum bisa terjaga apabila pelaku ekonomi dan masyarakat bisa menjaga. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 bisa menyentuh batas atas proyeksi itu. Tapi, Indonesia harus mampu mengendalikan pandemi Covid-19 terutama varian delta yang lebih mudah menular dari sebelumnya,” ungkap dia.

Sri Mulyani menilai seluruh mesin pendorong perekonomian dipastikan telah pulih. Selama pandemi tahun lalu ekonomi mendapat tekanan berat, maka satu instrumen berperan penting adalah belanja pemerintah dengan melakukan ekspansi fiskal dalam rangka melakukan counter cyclical. Hal ini dipengaruhi konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93% dan lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) tumbuh 4,12%. Sedangkan belanja pemerintah tumbuh 8,06%, investasi/PMTB tumbuh 7,54%, ekspor tumbuh 31,78%, dan impor tumbuh 31,22%.

Baca Juga: Beredar Kabar Hypermart Solo Grand Mall Tutup, Ini Respons Manajemen

Namun demikian, Indonesia mesti mewaspadai persebaran Covid-19 varian delta yang bakal memengaruhi konsumsi rumah tangga dan ekspor lantaran varian tersebut sudah menyebar ke negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia. Meskipun begitu, pihaknya meyakini investasi atau Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) tetap bisa bertahan. Dalam hal ini, konsumsi semen, besi baja, impor barang modal, yang mendukung investasi pada kuartal III-2021.

Akan tetapi, dari sisi lapangan usaha sejumlah sektor masih rentan terhadap pandemi, antara lain perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta akomodasi makan-minum. Pada kuartal II-2021, sektor-sektor ini tumbuh impresif tetapi menyimpan kerentanan karena penurunan mobilitas. Sementara industri manufaktur, dipercaya masih mampu berdaya tahan yang didorong oleh impor bahan baku dan barang modal.

Di samping itu, pemerintah memperkirakan industri pengolahan nasional masih akan tumbuh hingga akhir tahun ini. Pertumbuhan industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya