Pertumbuhan ekonomi selama 2016 lebih tinggi dari periode sebelumnya
Harianjogja.com, BANTUL–Badan Pusat Statistik (BPS) DIY mencacat pertumbuhan ekonomi DIY pada 2016 triwulan I 2016 sampai dengan triwulan IV 2016) sebesar 5,05%.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pertumbuhan ini lebih baik dari tahun sebelumnya yakni 4,95%. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi yakni pengadaan listrik dan gas.
Kepala BPS DIY JB Priyono mengungkapkan, pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha. Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah pengadaan listrik dan gas yaitu sebesar 14,26%.
Pertumbuhan ini diikuti informasi dan komunikasi sebesar 8,32%, perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 6,09%.
“Kumulatif pengadaan listrik dan gas meningkat paling besar karena semua lapangan usaha juga tumbuh dan semuanya memerlukan tenaga listrik dan gas,” kata dia Video Conference Berita Resmi Statistik (BRS) BPS DIY di Gedung BPS DIY, Bantul, Senin (6/2/2017).
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto.
Perekonomian DIY yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2016 mencapai Rp110,1 triliun. Oleh karena itu, PDRB per kapita tercatat sebesar Rp29,59 juta. PDRB per kapita tersebut meningkat 7,31% dibanding 2015 yang sebesar Rp27,57 juta.
Priyono menyebutkan, struktur perekonomian 2016 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian DIY. Kontribusi masing-masing lapangan usaha dalam PDRB DIY 2016 bervariasi di bawah 14%.
Adapun tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (13,21%); pertanian,kehutanan, dan perikanan (10,41%); dan penyediaan akomodasi dan makan minum (10,22%). “Inilah wajah perekonomian DIY yang masih didominasi industri pengolahan. Kalau untuk akomodasi dan makan minum, sudah wajar kalau tinggi karena DIY merupakan tujuan wisata,” jelas dia.