SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Bisnis.com)

BI Solo memprediksi pertumbuhan Boyolali dan Sragen paling tinggi di Soloraya.

Solopos.com, SOLO — Pertumbuhan ekonomi Boyolali dan Sragen diprediksi paling tinggi di wilayah Soloraya. Hal ini karena didukung masuknya beberapa investasi perusahaan besar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Bandoe Widiarto, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi di dua kabupaten tersebut diprediksi paling tinggi, yakni 5,7%-6,1%. Dia mengatakan banyaknya investor yang masuk karena adanya kemudahan perizinan, mendorong perekonomian daerah makin tumbuh positif.

Hal ini karena selain akses yang makin mudah dengan mobilitas ekonomi yang makin lancar juga tersedia lapangan kerja yang berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat. “Daerah yang basis pertumbuhan ekonomi didasarkan sektor pariwisata dan investasi memiliki prospek yang bagus dan mampu tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan lainnya,” ungkap Bandoe kepada Solopos.com.

Deputi Kepala Perwakilan BI Solo Bidang Advisori dan Pengembangan Ekonomi Daerah, Taufik Amrozy, menyampaikan pertumbuhan ekonomi Kota Susu didorong sektor industri dengan sumbangan 28%, disusul pertanian 23%, dan perdagangan 13%. Hal ini tidak lepas dari komitmen pemerintah yang proinvestasi dan realisasi investasi yang besar.

“Sragen juga hampir sama seperti Boyolali, pertumbuhan ekonominya ditopang pengembangan industri dan pertanian. Apalagi Sragen merupakan salah satu lumbung padi, tidak hanya di kawasan Soloraya tapi juga Jateng,” kata dia.

Selama tiga tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di Klaten, Karanganyar, dan Sukoharjo mengalami perlambatan. Meski begitu, sejak 2014, capaian pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di Soloraya lebih tinggi jika dibandingkan capaian nasional.

Tingginya pertumbuhan ekonomi ini juga tercermin dari tingginya kredit industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran dengan pangsa terbesar, yakni masing-masing 31,93% (Rp24,41) dan 28,3% (Rp21,63) hingga November 2016. Namun pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konstruksi menjadi Rp2,48 atau tumbuh 54,32%. Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah juga terjaga di angka 1,66%.

“Penyaluran kredit UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah] juga mengalami pertumbuhan positif, yakni 17,41% atau 33,53% dari total penyaluran kredit,” ujarnya.

Data sistem pembayaran tunai di BI menunjukkan adanya tren positif. Nilai inflow (uang masuk) dan outflow (uang keluar) mengalami perbaikan setelah pada 2015 turun. Inflow mengalami kenaikan menjadi Rp19,82 triliun dari sebelumnya Rp18,785 triliun sedangkan outflow dari Rp9,993 triliun menjadi Rp10,802 triliun.

Pertumbuhan Ekonomi Soloraya

Kab/Kota 2013 2014 2015 2016*
Surakarta 6,25 5,28 5,44 5,1 –5,5
Boyolali 5,83 5,42 6,08 5,7–6,1
Sukoharjo 5,83 5,68 5,09 4,8-5,2
Karanganyar 5,74 5,62 5,15 4,8-5,2
Wonogiri 4,78 5,30 5,34 5,0-5,4
Sragen 6,70 5,65 6,02 5,7-6,1
Klaten 5,96 5,79 5,64 5,3-5,7
Soloraya 5,92 5,53 5,53 5,2-5,6

Keterangan: * prediksi
Sumber: Kantor Perwakilan BI Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya