SOLOPOS.COM - Petani di Dusun Krisak Kulon, Desa Singodutan, Selogiri memanen padi, Minggu (29/3/2015). Panen padi secara bersamaan di Soloraya membuat petani kesulitan menjual gabah. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Pertanian Wonogiri bermasalah dengan ulah tengkulak yang mempermainkan harga gabah di wilayah Singodutan, Selogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah petani di Desa Singodutan, Kecamatan Selogiri mengeluhkan ulah tengkulak yang berkeliaran dan mempermainkan harga gabah. Mereka membeli gabah basah milik petani seharga Rp2.200/kg-Rp2.500/kg.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Petani berkeinginan menjual gabah mereka ke Badan Urusan Logistik (Bulog). Apalagi harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah untuk gabah kering panen (GKP) naik dari tahun sebelumnya Rp4.200/kg menjadi Rp4.650/kg pada 2015.

Namun, petani tak berdaya karena tak punya akses ke Bulog. Sedangkan jika menjual ke pasaran dalam bentuk beras juga belum pasti menguntungkan karena pada musim panen ini harga beras anjlok jadi Rp8.000/kg-Rp8.500/kg.

Seorang petani warga Dusun Krisak Kulon, Desa Singodutan, Sulino, mengatakan akhir-akhir ini banyak tengkulak berkeliaran di Desa Singodutan. Tengkulak mendatangi petani yang sedang panen.

“Jauh hari sebelum panen raya mereka [tengkulak] memantau padi milik petani. Setelah itu mereka mendatangi petani untuk membeli gabah,” ujar Sulino ketika ditemui Solopos.com di sawahnya, Minggu (29/3/2015).

Dia mengatakan para tengkulak menawar gabah yang masih basah dengan harga sangat murah yakni Rp2.300/kg-2.500/kg. “Musim panen padi seperti sekarang tidak menguntungkan petani. Kami justru dipermainkan para tengkulak dengan membeli gabah sangat murah,” kata dia.

Menurut Sulino, panen padi serentak di daerah Soloraya membuat petani kesulitan menjual gabah. Sejumlah pengusaha penggilingan padi juga kelebihan stok gabah dan beras sehingga tidak mau membeli gabah dari petani.

“Akhirnya banyak petani yang menjual gabah hasil panen kepada tengkulak dengan harga murah. Kami membutuhkan modal banyak untuk biaya musim tanam II,” ujar Sulino.

Dia berharap pemerintah melalui Bulog membeli gabah petani sesuai HPP terbaru yakni Rp4.650/kg untuk GKP atau Rp7.300/kg untuk beras. HPP beras ini naik dari tahun sebelumnya Rp6.600/kg.

“Sebagai petani kami sangat senang dengan kenaikan HPP GKP tahun ini. Namun, apakah Bulog mau membeli gabah petani? Sekarang harapan kami hanya kepada Bulog,” kata dia.

Hal senada diungkapkan petani Desa Jendi, Selogiri, Suyatno. Dia meminta Pemkab dan Bulog membuka informasi di kantor pemerintah kecamatan soal ketentuan dan syarat mengenai gabah yang akan dibeli Bulog. “Petani sangat buta informasi kenaikan HPP GKP tahun ini. Kami meminta Bulog dan Pemkab segera terjun di lapangan untuk segera menyosialisasikan ke petani. Saya lebih suka menjual gabah ke Bulog dibandingkan kepada tengkulak,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (Dispertan TPH) Wonogiri, Safuan, mengaku belum mendapatkan surat resmi dari pemerintah pusat soal kenaikan HPP GKP 2015. “Kami tidak berani menyosialisasikan ke petani sebelum menerima surat resmi,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya