SOLOPOS.COM - Kades Sumberejo, Wuryantoro, Wonogiri, Sulardi (dua dari kanan), bersama penyuluh pertanian, Babinsa, dan petani, memanen bawang merah di lahan desa tersebut, Selasa (12/9/2017). (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Pertanian Wonogiri, Pemdes Sumberejo menyedot air dari WGM untuk mengairi sawah.

Solopos.com, WONOGIRI — Tanaman padi di lahan seluas lebih kurang 150 hektare (ha) dari total 250 ha di Desa Sumberejo, Wuryantoro, Wonogiri, kerap gagal panen setiap musim tanam (MT) II. Hal itu lantaran sawah tak mendapat suplai air yang cukup.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Atas kondisi itu, Pemerintah Desa (Pemdes) Sumberejo merealisasikan proyek penyedotan air dari Waduk Gajah Mungkur (WGM) mulai September ini. Kepala Desa (Kades) Sumberejo, Sulardi, saat ditemui Solopos.com di lahan pertanian desa tersebut, Selasa (12/9/2017), menyampaikan sejak dahulu petani di Sumberejo sudah terbiasa menanam padi, termasuk saat MT II ketika memasuki musim kemarau.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal itu dilakukan petani meski lahan di desa itu merupakan sawah tadah hujan. Alhasil, ketika tidak ada suplai air tanaman padi gagal panen. Kondisi itu diperparah adanya hama wereng batang cokelat. “Kondisi seperti itu terjadi tiap tahun,” kata Sulardi.

Petani pada 2016 lalu mengusulkan ada proyek penyedotan air WGM yang berjarak lebih kurang 2 km dari desa. Usulan tersebut menjadi prioritas program yang didanai dana desa tahun ini senilai Rp300 juta.

Proyek tersebut mulai direalisasikan September ini dan ditarget rampung Desember. Proyek itu meliputi pipanisasi, pengadaan pompa penyedot air berkapasitas besar, dan genset. Mesin tersebut diperkirakan bisa menyedot air untuk lahan seluas 100 ha.

Menurut Sulardi, proyek tersebut satu-satunya solusi masalah air untuk pertanian di desanya. Ada alternatif lain, yakni menyedot air dengan cara mengebor tanah. Namun, langkah itu dikhawatirkan akan mematikan aliran air ke rumah-rumah warga sehingga tidak dilakukan.

Kades menyebut proyek itu juga untuk mendorong petani agar bersedia beralih menanam tanaman hortikultura, seperti cabai, bawang merah, melon, semangka, blewah, dan lainnya saat MT II. Tanaman itu bisa tumbuh baik tanpa banyak air.

Suplai air dari WGM diyakini akan mampu memenuhi kebutuhan air secara penuh untuk tanaman hortikultura. “Kami targetkan 40 persen dari total lahan akan ditanami tanaman hortikultura, kalau nanti air WGM bisa disedot secara maksimal. Saya dan perangkat desa sudah memulai duluan sejak awal 2017 dengan menanam bawang merah. Petani sudah mulai tertarik,” imbuh Kades.

Lahan seluas 5 ha di Sumberejo saat ini ditanami berbagai jenis hortikultura. Kades memelopori menanam bawang merah seluas 2 ha dan akan dipanen Selasa itu.

Panen itu merupakan kali ketiga. Sebelumnya dia menanam di lahan seluas 1 ha. Hasilnya sangat menjanjikan. Kala itu dengan modal Rp110 juta hanya dalam waktu 60 hari, Sulardi dapat mengantongi Rp210 juta dari hasil produksi 7 ton. Harga jual saat itu Rp30.000/kg.

Ketua Gapoktan Eka Manunggal Sumberejo, Samidi, mengatakan mengubah kebiasaan petani butuh proses. Saat ini sudah ada petani yang mulai mengikuti jejak Kades menanam hortikultura. Hal itu karena petani rugi jika tetap menanam padi saat kemarau karena kemungkinan besar akan gagal panen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya