SOLOPOS.COM - Pintu air Dam Colo. (JIBI/SOLOPOS/Tri Wiharto)

Pertanian Sukoharjo, TKPSDA berjanji untuk mengkaji keinginan petani untuk menunda penutupan Dam Colo.

Solopos.com, SUKOHARJO — Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Jateng dan Jatim bakal mengkaji aspirasi kalangan petani yang meminta penundaan penutupan Dam Colo selama Oktober mendatang. Permintaan petani mencuat lantaran ribuan hektare sawah terancam gagal panen atau puso apabila tak disuplai air dari Dam Colo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Divisi Jasa ASA III Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Erwando Rahmadi, mengatakan TKPSDA terdiri atas beberapa instansi terkait dan stakeholders seperti Pemprov Jateng dan Pemprov Jatim, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Perum Jasa Tirta, serta Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur.

“Kami sebagai operator pengelolaan sumber daya air belum bisa memastikan apakah menunda penutupan Dam Colo atau tidak. Hal itu bakal dibahas saat sidang TKPSDA pada akhir September,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Senin (11/9/2017).

Dalam pertemuan itu juga bakal dibahas kegiatan rehabilitasi saluran irigasi selama Dam Colo ditutup serta ketersediaan air untuk mengairi lahan pertanian selama satu bulan. Hal ini sangat berkorelasi apabila penutupan Dam Colo ditunda.

Menurut Erwando, penutupan Dam Colo merupakan agenda tahunan untuk pemeliharaan bangunan. Biasanya, saat Dam Colo ditutup, ribuan orang berdatangan dari berbagai daerah saat tengah malam.

Mereka mencari ikan dengan pancing dan jala di sekitar Dam Colo. “Perilaku para petani saat masa tanam [MT] I juga bakal dibahas karena mundurnya waktu MT III,” ujar dia.

Debit air saluran Colo Timur mencapai 15 meter kubik per detik. Sementara debit air saluran Colo Barat 5 meter kubik per detik. Saluran Colo Timur mengairi lahan pertanian di Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, hingga Ngawi, Jawa Timur. Total luas lahan pertanian di sepanjang saluran Colo Timur lebih dari 20.000 hektare.

Sementara saluran Colo Barat mengairi lahan pertanian di wilayah Sukoharjo, Wonogiri, dan Klaten dengan luas lahan pertanian sekitar 5.000 hektare. “Kami bakal berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya dengan mempertimbangkan kondisi riil di lapangan,” tutur dia.

Sementara itu, seorang petani asal Desa/Kecamatan Bekonang, Kasrun, mengatakan petani sejatinya tak mempersalahkan rencana penutupan Dam Colo pada 1 Oktober. Penutupan Dam Colo merupakan kegiatan rutin setiap tahun. Kala itu, para petani mengandalkan suplai air ke areal persawahan dari mesin pompa air.

Namun, sebagian besar tanaman padi berumur dua bulan sehingga membutuhkan pasokan air. Apabila Dam Colo ditutup otomatis tak ada pasokan air ke lahan pertanian.

“Tanaman padi berumur dua bulan sangat butuh suplai air lantaran fase generatif atau pertumbuhan. Suplai air diperlukan juga saat fase pengisian bulir padi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya