SOLOPOS.COM - Ilustrasi hama wereng pengisap tanaman padi (JIBI/Solopos/Dok.)

Puluhan hektare sawah di Mojolaban, Sukoharjo, gagal panen karena serangan tikus dan wereng.

Solopos.com, SUKOHARJO — Puluhan hektare sawah di wilayah Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, gagal panen saat masa tanam (MT) I lantaran pola tanam yang tidak serentak. Kondisi ini diperparah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti tikus dan wereng batang cokelat.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Waktu penanaman padi tidak serentak mengundang OPT seperti hama wereng batang cokelat berkembang biak secara pesat. Sebagian lahan pertanian telah ditanami benih padi. Sebagian lahan pertanian lainnya belum diolah lantaran pasokan air dari saluran irigasi belum maksimal. Imbasnya, tikus dengan leluasa menyerang tanaman padi di sawah.

“Mayoritas petani di Bekonang gagal panen lantaran pola tanam yang tidak serentak dan serangan tikus. Tak hanya di Bekonang tapi juga desa-desa lainnya di Mojolaban,” kata Kepala Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Joko Tanyono, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (7/3/2018).

Biasanya, tikus keluar dari lubang tanah di sekitar areal persawahan pada sore hari. Jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor sekali keluar. Mereka langsung merusak batang tanaman padi di areal persawahan. Akibatnya, tanaman padi yang dirusak hama tikus tak dapat dipanen oleh petani.

Baca:

Padahal, sebagian besar tanaman padi diperkirakan dipanen pada pertengahan Maret atau awal April. Otomatis lahan pertanian yang diserang hama tikus dipastikan gagal panen. Para petani terpaksa menanam kembali benih tanaman padi.

“Saya khawatir produktivitas padi di wilayah Mojolaban bakal menurun drastis saat masa panen padi,” ujar Joko.

Tikus dapat berkembang biak secara cepat saat musim penghujan. Satu pasang induk tikus dapat beranak lebih dari 2.000 ekor dalam setahun. Padahal, jumlah induk tikus bisa mencapai ratusan ekor.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk membasmi hama tikus yang menyerang lahan pertanian. Misalnya, memberi umpan berupa makanan yang diberi racun atau melakukan geropyokan tikus. Namun upaya itu tak mengurangi populasi tikus di lahan pertanian.

Joko mengaku telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo untuk menangani persoalan itu. “Instansi terkait telah dua kali melakukan penyuluhan ihwal pola penanaman padi dan membasmi OPT. Saya berharap pola penanaman padi bisa dilakukan secara serentak,” papar dia.

Sementara itu, seorang petani asal Desa Klumprit, Kecamatan Mojolaban, Sutardi, mengatakan cara terefektif membasmi tikus adalah pengemposan lubang tikus. Para petani membakar belerang yang dimasukkan ke dalam lubang tikus. Setelah menghirup asap belerang tikus bakal mati.

Dia dan para petani lainnya kerap melakukan pengemposan lubang tikus selama Januari-Februari. “Pengemposan lubang tikus harus dilakukan secara rutin. Paling tidak sekali dalam sepekan sehingga hama tikus tak dapat berkembang biak,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya