SOLOPOS.COM - ilustrasi panen padi (JIBI/dok)

Pertanian Sukoharjo, petani kebingungan sistem distribusi serapan gabah Bulog.

Solopos.com, SUKOHARJO–Sejumlah petani di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, bingung dengan sistem distribusi gabah hasil panen Perum Bulog. Gabah hasil panen dibawa menggunakan truk ke luar Sukoharjo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seorang petani asal Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Maryanti, mengatakan beberapa orang yang mengaku anggota satuan kerja (satker) pengadaan gabah mendatangi wilayahnya untuk membeli gabah hasil panen milik petani pada Kamis (19/5/2016). Mereka membeli gabah hasil panen di atas harga pembelian pemerintah (HPP) senilai Rp4.000/kg. Sementara harga gabah yang dibeli Perum Bulog sesuai HPP yakni Rp3.700/kg.

“Ada tiga orang yang datang, semuanya wanita. Jumlah gabah yang saya jual lebih dari 1,5 ton. Jadi total gabah yang dibeli Bulog dari para petani lebih dari 10 ton,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Selasa (24/5/2016).

Seluruh gabah diangkut menggunakan dua mobil pikap. Kedua mobil pikap itu lantas berhenti di pinggir jalan raya Solo-Wonogiri. Kemudian, seluruh gabah yang dimuat dua mobil pikap dipindah ke truk yang telah menunggu di pinggir ruas jalan tersebut. Truk berisi belasan ton gabah melaju menuju arah Kota Sukoharjo.

Truk berisi gabah itu tak langsung masuk ke gudang bulog di wilayah Sukoharjo melainkan menuju arah Solo. “Pertanyaannya, mengapa gabah yang dibeli dari para petani tak langsung masuk ke dalam gudang Bulog di Sukoharjo. Truk itu melewati wilayah Kalioso dan Gemolong, Kabupaten Sragen,” ujar dia.

Lantaran curiga, keponakan Maryanti, Erik membuntuti truk pengangkut gabah itu hingga Sumberlawang yang menjadi wilayah perbatasan Kabupaten Sragen dengan Kabupaten Grobogan. Truk itu berhenti di depan restoran. Sopir dan dua penumpang lantas masuk ke dalam restoran untuk makan siang dan beristirahat.
“Truk itu saya buntuti dari Nguter hingga Sumberlawang, Sragen. Saya kaget karena truk tak langsung masuk ke gudang Bulog,” papar Erik.

Menurut dia, para petani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan) ingin mendukung program serapan gabah yang dicanangkan pemerintah pusat guna mewujudkan ketahanan pangan nasional. Erik menduga ada indikasi permainan pembelian gabah hasil panen milik petani.

“Tidak masuk akal, kalaupun gabah hasil panen hendak dibawa ke penggilingan kan di Sukoharjo banyak. Mengapa harus dibawa hingga Sragen, bisa jadi sampai ke Kabupaten Grobogan karena truk itu menuju wilayah itu,” tutur dia.

Di sisi lain, Ketua Gapoktan di Desa Nguter, Mugo Utomo, mengatakan telah mendapatkan laporan tentang permasalahan itu. Mugo juga telah mendatangi Gudang Bulog di Telukan untuk meminta klarifikasi ihwal permasalahan itu. Menurut dia, Bulog membeli gabah milik petani melebihi HPP lantaran berkualitas A.

Sementara itu, gabah hasil panen tak langsung masuk ke gudang Bulog lantaran ada program kemitraan. “Pola kemitraan serapan gabah itu yang belum jelas. Apakah mitra kerja Bulog harus di luar Sukoharjo? Hal ini kami belum tahu secara jelas,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya