SOLOPOS.COM - Petani memanen padi di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Rabu (1/2/2017). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pertanian Sukoharjo, harga gabah pada masa panen anjlok.

Solopos.com, SUKOHARJO — Harga gabah kering di Sukoharjo turun drastis dari Rp4.200/kg menjadi Rp3.400/kg saat panen raya padi masa tanam (MT) I. Imbasnya, para petani terancam merugi besar akibat anjloknya harga gabah kering.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagian petani memanen tanaman padi MT I mulai akhir Januari lalu. Saat musim panen raya padi harga gabah kering di tingkat petani justru turun signifikan. Anjloknya harga gabah kering dipengaruhi musim penghujan yang membuat kualitas gabah turun.

Petani di Kelurahan Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo, Sukarman, mengatakan satu kuintal gabah kering terjual senilai Rp340.000. Artinya, harga gabah kering hanya Rp3.400/kg.

Tak menutup kemungkinan, harga gabah kering bakal turun secara perlahan-lahan lantaran dipengaruhi musim penghujan. “Dua pekan lalu, harga gabah kering Rp3.700/kg-Rp3.800/kg. Kini harga gabah kering makin turun hingga Rp3.400/kg. Bisa jadi, harga gabah kering bakal turun lagi,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (1/2/2017).

Harga gabah kering variatif tergantung kualitas gabah. Harga gabah kering berkualitas A jauh lebih tinggi dibanding gabah berkualitas B dan C. Harga gabah kering berkualitas B dan C di bawah Rp3.400/kg.

Sukarman membeberkan penghasilan petani saat musim panen raya. Biasanya, mereka bisa mengantongi uang hasil penjualan gabah kering Rp25 juta/hektare-Rp30 juta/hektare.

Lantaran harga gabah kering anjlok kini hasil panen padi hanya sekitar Rp20 juta/hektare. “Kami tak bisa berbuat banyak lantaran anjloknya harga gabah kering dipengaruhi cuaca. Para petani jelas-jelas merugi besar karena anjloknya harga gabah kering,” ujar dia.

Para petani, lanjut Sukarman, bakal kesulitan modal tanam saat memasuki MT II. Para petani membutuhkan modal cukup besar untuk membeli benih padi, pupuk, maupun biaya operasional lainnya.

Sejauh ini, Kelurahan Sonorejo menjadi salah satu lumbung padi di Sukoharjo. Namun, saat musim penghujan, areal persawahan kerap terendam banjir akibat luapan Kali Langsur. Kala itu, lahan pertanian dipastikan gagal panen.

Petani asal Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Kasidi, mengungkapkan hal senada. Anjloknya harga gabah kering bakal dimanfaatkan para tengkulak untuk memborong hasil panen para petani. Mereka berkeliling ke sawah-sawah dan langsung melakukan transaksi pembelian gabah hasil panen milik petani.

Terlebih, petani tak memiliki daya tawar harga gabah yang ditawarkan tengkulak. Mereka butuh uang untuk membiayai modal tanam dan biaya operasional saat MT II. “Saat ini, petani di Sragen juga tengah memanen padi. Kondisi ini juga memengaruhi turunnya harga gabah kering karena panen raya padi dilakukan secara bersamaan,” kata dia.

Sementara itu, seorang bandar gabah asal Mojolaban, Giyarno, menyampaikan sebagian petani memilih menjual hasil panen padi kepada tengkulak lantaran mereka sangat membutuhkan uang untuk mengganti biaya operasional. Tengkulak berkuasa memainkan harga gabah saat panen raya padi.

Giyarno yakin harga gabah bakal kembali normal saat memasuki musim kemarau. Biasanya, harga normal gabah kering antara Rp3.800/kg-Rp4.200/kg. “Mungkin harga gabah kembali normal pada Maret atau April karena sudah tak ada hujan. Saat puncak musim penghujan, harga gabah kering memang turun drastis,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya