SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengeringan gabah (JIBI/Solopos/Antara/Aji Styawan)

Pertanian Sukoharjo, banyak pengusaha rice mill bangkrut.

Solopos.com, SUKOHARJO – Sebagian pengusaha penggilingan padi atau rice mill di Sukoharjo gulung tikar lantaran tak berani membeli gabah dan beras sesuai harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Besaran HET beras dinilai tak sesuai kondisi lapangan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu diungkapkan Koordinator Komunitas Penggilingan Padi dan Beras Jateng, Totok Sugiarto, di sela-sela rapat koordinasi (rakor) Dewan Ketahanan Pangan Sukoharjo di Gedung Setda Sukoharjo, Selasa (12/9/2017).

Dia mengatakan saat ini jumlah pengusaha penggilingan padi dan beras hanya sekitar 400 orang dari total jumlah pengusaha padi dan beras sekitar 700 orang. “Dahulu di setiap desa/kelurahan ada lima rice mill. Sekarang maksimal hanya ada tiga rice mill,” kata dia.

Menurut Totok, bisnis jasa penggilingan padi dan beras makin lesu pascaterbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) tentang penetapan HET gabah dan beras. Dalam regulasi itu disebutkan HET beras ditetapkan senilai Rp9.000 per kilogram. Sementara harga acuan pembelian di tingkat petani Rp7.400 per kilogram.

Sementara, harga gabah kering panen senilai Rp3.700 per kilogram dan harga gabah kering giling Rp4.600 per kilogram. “Teman-teman [pengusaha penggilingan padi dan beras] tak berani membeli gabah atau beras di atas HET pemerintah. Ada penindakan langsung dari anggota satuan tugas (satgas) pangan jika membeli gabah atau beras di atas HET pemerintah,” ujar Totok.

Selain itu, mayoritas pengusaha penggilingan gabah dan beras bangkrut lantaran kalah bersaing dengan pengusaha serupa yang menggunakan peralatan modern. Para petani memilih menggunakan jasa penggilingan gabah modern lantaran praktis dan cepat. Imbasnya, penghasilan yang diterima setiap bulan para pengusaha penggilingan gabah dan beras konvensional anjlok.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo, Netty Harjianti, mengatakan saat ini, rice mill di Sukoharjo bebas menjalankan usahanya. Dahulu, rice mill memang dibina langsung oleh instansi terkait. Netty mengatakan kini hanya menangani hal-hal yang berkaitan erat dengan produksi tanaman pangan seperti padi.

“Kami bakal berupaya menggandeng kembali rice mill untuk menggenjot produksi beras di Sukoharjo,” papar Netty.

Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Sukoharjo, Widodo, menambahkan salah satu kendala program serapan gabah lantaran tingginya harga gabah yang dibanderol tengkulak dibanding harga pembelian pemerintah (HPP). Harga gabah yang dibeli tengkulak Rp4.900 per kilogram. Sementara HPP di tingkat petani hanya Rp3.700 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya