SOLOPOS.COM - Menjemur Gabah (Dok/JIBI/Solopos)

Pertanian Sragen, ada empat kecamatan yang menjadi kendala bagi KTNA merekrut anggota satgas.

Solopos.com, SRAGEN–Pembentukan satuan tugas (satgas) pengadaan gabah dan beras masih terkendala masalah sumber daya manusia (SDM). Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sragen masih kesulitan merekrut SDM di empat kecamatan, yakni Kecamatan Jenar, Mondokan, Miri, dan Kedawung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua KTNA Sragen, Suratno, saat ditemui Solopos.com di Nglorog, Sragen, Kamis (10/3/2016), mengatakan pembentukan satgas pengadaan gabah dan beras hasil kerja sama KTNA dan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional (Subdivre) Surakarta belum maksimal. Suratno berencana memasang satu koordinator satgas di tingkat kecamatan. Dari kebutuhan 20 kecamatan itu, Suratno masih kesulitan SDM di empat kecamatan tersebut.

“Dalam waktu dekat, nama-nama koordinator tingkat kecamatan segera terbentuk. Kami sulit menghubungi koordinator KTNA di empat kecamatan itu. Setelah semua tersusun baru diserahkan ke Bulog. Unsur dalam satgas itu terdiri atas KTNA dan Bulog. Teknis kerjanya, saya kurang tahu. Masalahnya ada dua mekanisme pengadaan, yakni dengan harga pembelian pemerintah (HPP) dan lewat UPGB [Unit Pengadaan Gabah dan Beras],” kata dia.

Terpisah, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh) Sragen, Muh. Djazairi, mengatakan penyuluh lapangan akan ikut membantu satgas dalam penyerapan gabah atau beras petani. Satgas per kecamatan, kata dia, mulai terbentuk dan SDM-nya sudah mulai masuk ke Bapeluh. Kalau dipersentase, ujarnya, sudah 60%. Dia menargetkan pada akhir bulan ini satgas di 20 kecamatan sudah siap bekerja.

“Satgas diberi wewenang untuk berkomunikasi dengan Bulog terkait dengan informasi panen padi. Berdasarkan informasi satgas itulah, Bulog bisa meraba-raba daerah mana yang menjadi sasaran pengadaan gabah dan beras. Beras yang akan diserap Bulog itu kualitas kedua dengan kadar air 20%. Dengan kualitas itu Bulog mudah mencarinya. Apalagi standar itu digunakan untuk raskin [bantuan beras untuk rakyat miskin],” kata Djazairi.

Dia menyampaikan harga gabah kering panen (GKP) pada musim penghujan ini memang turun. Dia memprediksi turunnya harga GKP itu kemungkinan sampai Juli. Ketika harga turun itulah, sambung dia, Bulog harus turun menyerap gabah petani. “Soalnya kalau panen pada musim kemarau, Bulog tak kuat menyerap gabah petani karena harganya tinggi. Saya kira target 100.000 ton itu akan digenjot Bulog pada musim panen Februari-Juli ini,” tutur dia.

Djazairi menyatakan satgas akan berpihak kepada petani agar kesejahteraan petani meningkat. Dia menjelaskan bila harga di pasaran melebihi harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700/kg maka petani dipersilakan menjual ke pasaran. Dia menyebut salah satu perusahaan swasta pengadaan gabah PT Sakti berani memasang harga Rp4.000/kg.

“Niat saya memperbaiki harga petani. Saya kira kalau panennya serentak tidak mungkin PT Sakti mampu menampung gabah petani. Oleh karenanya ada sebagian yang harus diserap Bulog lewat satgas. Sekarang padi masih banyak dan segera panen itu berada di Kecamatan Masaran dan Sidoharjo dengan luasan panen 12.000 hektare. Tugas satgas nanti tidak hanya pada musim panen ini tetapi seterusnya sepanjang tahun,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya