SOLOPOS.COM - Tanaman tembakau berlubang karena terkena serangan hama, Kamis (20/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Pertanian Sleman untuk tanaman tembakau mendapat serangan ulat.

Harianjogja.com, SLEMAN-Petani tembakau mulai mengeluhkan serangan hama berupa ulat hijau. Serangan hama ini selalu terjadi setiap kali musim tanam tembakau, terutama saat tanaman baru berusia satu bulan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu petani tembakau asal Dusun Kiyudan, Desa Selomartani, Kalasan, Mohammad Ganclong, 65, mengaku tanamannya mulai dimakan ulat beberapa hari terakhir. Akibatnya setiap ruas daun pun berlubang terkena serangan hama. “Dimakan ulat hijau. Kemarin sudah disemprot pakai pembasmi hama,” tuturnya saat ditemui di lahan miliknya di Dusun Kalibulus, Desa Bimomartani, Kecanatan Ngemplak, Kamis (20/8/2015).

Meski sudah disemprot namun ulat masih saja bermunculan. Dari 6.000 tanaman tembakau jenis Bligon di sawahnya, hampir semuanya dimakan ulat. Meski demikian ia tak takut merugi karena meyakini musim kemarau saat ini mampu menghasilkan panenan yang tinggi.

Ia memperkirakan, dari 3.000 meter persegi sawah yang ditanami tembakau, akan menghasilkan sekitar empat kwintal tembakau basah dalam sekali panen. “Seperti tahun kemarin hasilnya juga bagus, ya meski diserang ulat juga. Kemarin tembakau basah harganya Rp2.000 per kilogram,” imbuhnya. Menurutnya harga Rp2.000 per kilogram itu sudah termasuk tinggi.

Mohammad dan petani lainnya memang sengaja menanam tembakau pada musim kemarau ini. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan dengan kelompok tani yang menaunginya. Selain tembakau, tanaman lain yang direkomendasikan hanyalah cabai karena harga jual tinggi. Lain dengan jagung yang pada tahun kemarin harganya sempat anjlok.

“Tahun kemarin [jagung] jelek harganya. Kalau tembakau sudah ada yang menampung jadi jualnya mudah. Selama harganya tidak anjlok, petani untung,” tegas dia.

Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan (DPPK) Sleman Widi Sutikno mengatakan, ada tujuh kecamatan yang menjadi pusat pertanian tembakau. Selain di Kalasan juga tersebar di Prambanan, Sleman, Ngemplak, Ngaglik, Seyegan, dan Tempel. Dua di antaranya yakni Ngaglik dan Kalasan menjadi sentra produksi tembakau.

Persiapan sudah dilakukan dengan mengadakan sekolah lapang bagi petani. “Salah satunya di Dusun Cageran, Desa Tamanmartani, Kalasan,” kata dia.

Menurut Widi, Kecamatan Kalasan terutama di Desa Tamanmartani memang menjadi sentra pembibitan tembakau. Melalui sekolah lapang tersebut, potensi hasil pertanian tembakau dapat semakin dimaksimalkan. Ia juga optimis jika hasil pertanian tembakau musim ini baik. “Kan sekarang tahun ganjil. Katanya tahun ganjil bagus untuk pertanian tembakau,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya