SOLOPOS.COM - Kelompok kesenian gejog lesung Niti Budoyo asal Nitiprayan, Bantul menghibur para penonton dengan irama tetabuhan lesung pada acara Festival Gejog Lesung Keistimewaan di Komplek Persawahan Dusun Dukuh, Banyuraden, Gamping, Sleman, Jumat (09/09/2016). Festival yang akan berlangsung hingga esok ini menghadirkan berakam kesenian tradisional dan pameran ragam alat pertanian sebagai upaya mengenalkan dan melestaikan kekayaan budaya agraris yang dimiliki Indonesia kepada generasi muda. (Desi Suryani/JIBI/Harian Jogja)

Pertanian Sleman perlu didukung dari aspek budaya.

Harianjogja.com, SLEMAN – Festival Gejog Lesung di Dusun Dukuh, banyuraden, Gamping, Sleman, secara resmi dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono, Jumat (9/9/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Festival gejog lesung tersebut secara langsung di masyarakat akan sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Sleman, pasalnya seperti yang kita ketahui saat ini banyak alih fungsi sawah untuk di jadikan perumahan.

“Festival semacam ini dapat mendukung ketahanan pangan, dilaksanakan di persawahan secara langsung akan menjaga sawah-sawah untuk kemudian terus ditanami padi dan tidak dialih fungsikan,” ujar Umar.

Dikatakannya, mesti tidak dilaksanakan dalam skala yang besar namun kegiatan seperti ini ke depan jika banyak dilakukan oleh masyarakat Sleman akan bisa menjadi momentum sekaligus untuk mengeluarkan potensi budaya masing-masing wilayah.

“Sekecil apapun kegiatannya, festival-festival serupa bisa sebagai penanda eksistensi budaya di tengah-tengah kemajuan zaman dan era globalisasi ini,” kata dia.

Festival yang akan di gelar selama dua hari tersebut diikuti oleh beberapa grup kesenian gejog lesung yang berasal dari seluruh wilayah DIY. Selain itu kesenian lain seperti jathilan, tari dolanan anak, dan ketoprak juga akan disuguhkan untuk menghibur masyarakat.

Sementara itu Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan ia mewakili Bupati Sleman sangat mengapresiasi terhadap kepala dukuh dan seluruh warga Dukuh, Gamping. Pasal ditengah-tengah banyaknya pembangunan perumahan dilahan persawahan mereka masih berupaya keras untuk terus melestarikan budaya dengan gejog lesung serta mempertahankan sawah untuk tetap ditanami padi sebagai wujug dukungan ketahanan pangan di Sleman.

“Semoga acara seperti ini tidak hanya sekali, tapi kontinyu selalu dilakukan setiap tahun agar lahan-lahan pertanian di Sleman tetap terjaga,” kata dia.

Ia mengatakan meski saat ini sesuai dengan catatan badan ketahanan pangan, jumlah beras di Sleman daerah barat sudah surplus, namun demikian jika masyarakat tidak berupaya terus untuk menjaga dan melestarikan sawah prestasi tersebut juga tidak mungkin akan bertahan lama.

Dengan demikian ia berharap, masyarakat akan terus bersungguh-sungguh untuk menjaga lahan-lahan pertanian sebagai ladang untuk menanam padi supaya kebutuhan pangan di Sleman akan tetap terjaga.

Selain itu, ia juga berharap masyarakat pedesaan bisa terus mempertahankan tradisi kesenian gejog lesung meski saat ini gejog lesung sudah berkurang fungsinya sehingga tidak lagi digunakan untuk menumbuk gabah.

“Meski fungsinya sedikit berubah, tetapi saya harap dengan gejog lesung masyarakat di desa tetap bisa menjaga kesenian tersebut. Karena dengan gejog lesung gotong royong sebagai persatuan di masyarakat juga terus bisa terjaga,” tegas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya